Menurutnya, sudah menjadi kebiasaan sejumlah orang di Indonesia saat ini jika yang diumumkan A maka itu B.
"Kalau uda staz dibilang tidak baik, di pikiran masyarakat, ah baik ini. Jadi logika itu sudah terbiasa Pak Karni," katanya.
Ia pun sedikit menyindir bahwa radikal bagi ibu-ibu rumah tangga ketika mereka kesulitan mencari minyak goreng, tahu dan tempe. "Itu radikal bang," ujarnya seraya tersenyum kepada Karni Ilyas.
"Kalau dasarnya predikat radikal itu disematkan kepada orang yang menolak dasar negara Indonesia, saya sampai saat ini sahabat-sahabat yang saya kenal itu belum pernah saya jumpa," katanya.
"Apa itu berbentuk pemikiran ideologi atau sampai angkat senjata, tak pernah jumpa," ucapnya.
"Kalau ada, ya ditangkap saja. Kalau tidak maka jadi fitnah. Orang jadi tuduh menuduh jadi pembunuhan karakter," lanjut UAS.
Bagi dirinya, ia pun mempersilahkan untuk disimak isi ceramahnya karena terdokumentasi pada kanal YouTube-nya.
"Saya sendiri streaming secara full. Kalau ada yang dipotong-potong, saya bisa buktikan itu secara lengkap. Apa yang dibahas dan bagaimana-bagaimananya," ujarnya.
Menanggapi penceramah radikal yang disebut bersikap takfiri (kerap mengkafirkan orang), ia menjelaskan, ahlul sunnah wal jamaah menolak takfiri secara perorangan.