GALAMEDIA - Rusia meminta China untuk memasok peralatan militer setelah kehabisan senjata selama invasi ke Ukraina, demikian klaim pejabat AS.
Rincian tentang jenis persenjataan apa yang diminta dan apakah China telah bergerak untuk memasok pemerintah Vladimir Putin belum dipastikan.
Tapi permintaan tersebut telah memicu kekhawatiran ekstrem di antara pemerintah Barat.
Baca Juga: Dianggap Lecehkan Idol K-Pop, 5 Artis Indonesia Ini Pernah Dikecam K-Popers, Siapa Saja?
Pada Minggu malam, AS dikatakan bersiap untuk memperingatkan sekutunya, di tengah indikasi bahwa China kemungkinan bersiap untuk membantu Rusia, Financial Times melaporkan.
Dikutip dari DailyMail, Senin 14 Maret 2022, pejabat AS lainnya mengatakan ada tanda-tanda bahwa Rusia kehabisan sejumlah jenis persenjataan saat perang di Ukraina memasuki minggu ketiga.
Rusia yang menyebut tindakannya di Ukraina sebagai 'operasi khusus', bukan invasi atau perang, telah mempererat kerja sama dengan pemerintah komunis Xi Jinping.
Baca Juga: Geo Dipa Konfirmasi 1 Orang Meninggal Diduga Keracunan Gas di Dieng
Ini menyusul tekanan kuat Barat atas isu hak asasi manusia dan serangkaian masalah lainnya atas keduanya.
Sejauh ini Beijing tidak mengutuk serangan Rusia atau menyebutnya sebagai invasi, dan sebaliknya mendesak solusi damai melalui negosiasi.
“China sangat prihatin dan berduka atas situasi Ukraina,” ujar Liu Pengyu, juru bicara kedutaan besar China di Washington.
Baca Juga: Perang Rusia vs Ukraina : Rusia Blokir Instagram 14 Maret Setelah Facebook Izinkan Seruan Kekerasaan
Ia menambahkan pihaknya tidak mengetahui soal klaim bahwa China bersedia membantu Rusia.
“Kami sangat berharap bahwa situasi panas akan mereda dan perdamaian kembali dinegosiakan lebih awal.”
Sementara itu, Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih menolak berkomentar.
The Washington Post mengatakan para pejabat AS yang tidak disebutkan namanya itu tidak menyebutkan jenis persenjataan yang diminta Rusia ataupun bagaimana tanggapan China.
Baca Juga: Ramadhan 2022, 5 Tips Anti Haus Saat Puasa, Salah Satunya Jangan Minum Kopi
Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan akan berada di Roma pada hari Senin untuk bertemu dengan diplomat top China Yang Jiechi, demikian keterangan Gedung Putih.
Sebelum pembicaraan, Putih Jake Sullivan blak-blakan memperingatkan China untuk menghindari opsi membantu Rusia guna menghindari sanksi global seperti yang telah memukul ekonomi Rusia.
"Kami tidak akan membiarkan itu berlanjut," katanya.
Gedung Putih mengatakan pembicaraan kali ini akan fokus pada dampak langsung perang Rusia melawan Ukraina pada keamanan regional dan global.***