"Tapi lagi-lagi, inilah naifnya, publik hanya mendapatkan janji dan pesona, bahkan menyaksikan gejolak yang merugikan publik," timpalnya.
Senada, Ketua IMM Kuningan, Younggi menyebut ada yang salah dalam praktik demokrasi hari ini. Pasalnya, rakyat semakin tidak berdaya dalam menentukan pilihan politiknya.
"Jelas ini sangat ironis. Para elite politik kini telah melupakan istilah dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat yang justru merupakan esensi dari demokrasi," ujar Younggi.
Menurutnya, di tengah mapannya politik Indonesia justru tidak memberikan dampak yang positif, melainkan semakin membuat Indonesia terjebak dalam stagnasi di mana yang memilih dan dipilih semuannya serba salah.
Di tempat yang sama, Ketua GMNI Kuningan, Hendra mengingatkan agar demokrasi Indonesia jangan sampai menjadi negara Demokrasi ala Prancis pada abad ke-18.
"Memang tiap-tiap rakyat kini bisa ikut memilih wakil rakyat ke dalam parlemen, memang tiap-tiap rakyat kini bisa ikut dipilih untuk menjadi wakil rakyat ke dalam parlemen dan memang tiap-tiap rakyat kini bisa ikut memerintah. Namun kesejahteraan rakyat tentu menjadi hal yang bersifat prioritas. Sehingga tidak ada lagi kaum yang tertindas, celaka dan sengsara," urainya.
Baca Juga: Lapor Pak! Sidak Bandung Selama Dua Hari, Ini Rangkaian Kegiatannya
Terakhir, Ketua KAMMI Kuningan, Bagja mengatakan kontestasi politik yang sebentar lagi akan dihelat. Sejumlah calon pemimpin pilihan partai pun sudah mulai bermunculan.
"Namun yang perlu jadi perhatian saat ini dari elit politik adalah sampai mana kerja-kerja yang sudah dilakukan untuk kesejahteraan masyarakat," ungkapnya.