Satu Bulan ke Depan, Kasus Covid-19 di Jawa Barat Masih Akan Naik

- 12 Juli 2020, 12:50 WIB
ilustrasi/Pixabay
ilustrasi/Pixabay /

GALAMEDIA - Sejumlah Para pakar epidemiologi di Jabar telah memprediksi terjadinya lonjakan kasus Covd-19 di Jabar, seperti yang terjadi saat ini. Di tengah tren meningkat kasus positif di Jawa Barat, mereka mengimbau masyarakat kembali mendisiplinkan diri menerapkan protokol kesehatan Covid-19.

“Sekarang kasus positif di Jabar 4.951 bertambah 105 orang. Tidak beda jauh dengan estimasi kami di angka 5.000 kasus positif,” ungkap staf pengajar Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Prof. Bony Wiem Lestari dalam siaran persnya, Ahad, 12 Juli 2020.

Menurutnya, masyarakat adalah garda terdepan perang melawan Covid-19. Banyak bukti ilmiah bahwa memakai masker dan jaga jarak dapat mencegah penularan. Masyarakat seharusnya bisa membaca secara bijak data tersaji agar tidak ada misperspsi dan salah menyikapi.

Baca Juga: Viral Pesepeda Melenggang di Flyover Pasupati, Kasat Lantas: Flyover Tidak Layak Pesepeda

Dikatakan, ada tiga kemungkinan dari data positif yang tersaji. Pertama, laju infeksi memang sedang terjadi. “Prediksi kami menunjukkan satu bulan ke depan masih akan naik,” katanya.

Kedua, efek peningkatan tes masif. Saat ini Jabar sedang mengejar target WHO tes PCR 1 persen dari jumlah penduduk atau sekitar 500.000. Saat ini Jabar sedang gencar uji usap (tes swab/PCR).

”Sekarang mungkin di 88.000. Makin banyak yang di tes, makin banyak temuan positif, makin bagus untuk pelacakan,” jelas Bony.

Baca Juga: Ditawari Jadi Wakil Wali Kota Oleh Putri Maruf Amin, Raffi Ahmad: Waduuh

Ketiga, katanya pelimpahan administrasi. Jabar berpotensi menerima limpahan kasus dari provinsi lain, dalam arti tertular di provinsi lain tapi karena KTP-nya Jabar maka dihitung sebagai kasus warga Jabar. “Kita juga menerima limpahan kasus dari provinsi lain,” ujar Bony.

Fakta di lapangan, para pakar sebetulnya kesulitan menentukan kurva penularan apakah Indonesia saat ini telah melewati gelombang pertama Covid-19 atau belum. Syarat untuk menentukan kurva adalah kapasitas tes masif yang baik. Di awal wabah terjadi tes masif belum sebaik seperti saat ini.

“Sebenarnya agak sulit menentukan kurva apakah kita masih first wave (gelombang pertama) atau menyongsong second wave (gelombang kedua),” ungkapnya.

Baca Juga: Gara-Gara Ini Jibril AS Beri Syafaat kepada Umat Nabi Muhammad SAW

Ditambahkan, dalam situasi seperti ini ia merekomendasikan beberapa hal untuk dilakukan pemerintah daerah. Pertama, pemda harus memastikan institusi atau organisasi di bawahnya lebih rajin turun ke lapangan mengecek ventilasi udara berfungsi baik, serta disinfeksi alat pendingin udara (AC) baik di kantor, pabrik, bioskop, mal, pesantren, asrama dan tempat berisiko tinggi lainnya.

“Ada wabah yang sumbernya dari AC, itu sempat outbreak di Amerika. Jadi radang pernapasan akut ternyata sumbernya adalah AC. Jadi harus lebih sering bebersih na,” ungkap Bony.  

Kedua, pemda harus menyediakan sistem pelayanan kesehatan dan SDM memadai mengantisipasi ledakan pasien. “Kalau ada peningkatan kasus dan misalnya semua harus dirawat, apakah tempat tidur di rumah sakit dan tenaga medis cukup. Ini harus disiapkan pemerintah,” katanya.

Baca Juga: Besok Tahun Ajaran Baru Dimulai, Siswa Baru Nonton Youtube Hingga Menggambar

Pada saat yang sama, pemda juga perlu memperkuat edukasi masyarakat tentang pentingnya menerapkan protokol kesehatan. Menurut Bony, betapa pun pemerintah mewajibkan banyak tapi kalau masyarakatnya tidak patuh, tetap akan sulit berjalan.

“Ini momen kita introspeksi apakah sudah menerapkan protokol kesehatan dengan baik. Saling mengingatkan satu sama lain karena dengan itu kita bisa kuat,” katanya. ***

Editor: Dadang Setiawan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x