Sebaliknya, Achmad menilai koalisi Gerindra dan PKB belakangan mulai terancam pecah sebab PKB berambisi Muhaimin Iskandar diusung sebagai capres dan membuka kemungkinan bergabung dengan NasDem.
"Meskipun solid, namun lamanya keputusan Golkar maupun KIB mengumumkan pasangan capres-cawapres berdampak elektoral pada turunnya elektabilitas. Terlebih lagi elektabilitas Airlangga Hartarto masih tergolong rendah," jelasnya.
Partai politik sendiri kini masih menunggu momentum yang tepat untuk mengumumkan capres dan cawapres yang bakal diusung, terutama menyangkut keputusan PDIP, apakah akan mengusung Ganjar Pranowo atau Puan Maharani.
"Jika PDIP maju sendirian, terbuka kemungkinan maksimal ada empat pasangan calon," ujarnya.
Sementara NasDem yang resmi mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai bakal capres, belum kunjung mengumumkan atau menggalang koalisi. Elektabilitas NasDem yang sempat anjlok setelah deklarasi pencapresan Anies belum beranjak dan kini masih 3,3 persen.
Dengan elektabilitas tersebut, Nasdem terancam tidak bisa kembali ke Senayan bersama partai-partai lain, yakni PAN 2,2 persen dan PPP 2,0 persen.
Baca Juga: UPDATE Kebakaran Bandung Hari Ini Minggu 8 Januari 2023 Terjadi di Kalipah Apo Astana Anyar
Ketiganya terancam oleh partai-partai nonparlemen maupun partai baru, seperti Perindo 1,4 persen dan Gelora 1,3 persen.
Berikutnya Partai Ummat 0,8 persen, Hanura 0,5 persen, PBB 0,3 persen dan PKN 0,1 persen. Sementara Partai Garuda dan Partai Buruh nihil dukungan dan sisanya tidak tahu/tidak menjawab sebesar 24,9 persen.