GALAMEDIANEWS - Harga minyak turun lebih jauh pada akhir perdagangan Senin, dengan pasar menghadapi kekhawatiran tentang pemulihan ekonomi China yang belum stabil dan penguatan dolar yang mengambil momentum dari kenaikan harga minyak selama tujuh minggu terakhir akibat pasokan yang terbatas.
Sementara itu, minyak mentah WTI berjangka untuk pengiriman September mengalami penurunan sebesar 68 sen atau 0,82 persen, dan ditutup pada 82,51 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Walter Zimmerman, seorang ahli analisis teknis dari ICAP-TA, telah menyatakan bahwa dengan harapan pemulihan ekonomi China ke tingkat permintaan sebelum pandemi yang semakin luntur, prospek pertumbuhan di pasar minyak pun kian suram.
Baca Juga: Harga Minyak akan Mengalami Penurunan jika Kekhawatiran atas Kenaikan Suku Bunga AS Mereda
Zimmerman mengemukakan, "Situasinya terletak pada kenyataan bahwa China semakin sulit membuktikan kemampuannya untuk pulih secara substansial, bahkan sulit untuk mengambil peran sebagai pemimpin dalam mengangkat perekonomian global. Kondisi ini menghambat peluang untuk pertumbuhan yang lebih positif."
Ketidakpastian ini mengakibatkan pelaku pasar berpendapat mengenai keseimbangan antara penawaran dan permintaan yang ketat terhadap tanda-tanda penurunan permintaan dari China. Phil Flynn, seorang analis di Price Futures Group, menyatakan, "Saya pikir kita masih akan menghadapi pasar yang sangat ketat."
Vandana Hari, pendiri penyedia analisis pasar minyak Vanda Insights, menyoroti kemungkinan adanya koreksi dalam pasar minyak mentah.
Dia menjelaskan, "Minyak mentah telah berada di wilayah overbought untuk beberapa waktu sekarang, menentang ekspektasi koreksi."