Media Barat dan Media Sosial dari META Membungkam Suara Palestina, Tantangan Para Konten Kreator Palestina

- 17 Oktober 2023, 21:40 WIB
Bayi Perempuan berumur kurang dari 10 hari tewas akibat agresi Israel di Jalur Gaza. / Tangkap Layar/x.com/@timesofgaza
Bayi Perempuan berumur kurang dari 10 hari tewas akibat agresi Israel di Jalur Gaza. / Tangkap Layar/x.com/@timesofgaza /

GALAMEDIANEWS - Di era di mana media sosial telah menjadi platform kuat untuk berbagi cerita, mengungkapkan pendapat, dan terhubung dengan audiens global, pembuat konten Palestina menghadapi serangkaian tantangan yang mengancam kemampuan mereka untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan dunia.

Artikel ini menggali kesulitan yang dihadapi oleh individu-individu ini, mulai dari sensor konten hingga masalah yang terkait dengan jangkauan audiens dan konteks politik yang lebih luas.

Baca Juga: Dukungan Gibran Rakabuming Raka jadi Bakal Cawapres 2024 Datang dari Ribuan Warga Bandung Raya


Membungkam Suara Palestina

Jurnalis Palestina Faton Alwan membagikan pengalamannya menghadapi berbagai hambatan di platform media sosial populer. Dia menyoroti bagaimana akun Tik Tok-nya telah diblokir beberapa kali, dan prosesnya berlangsung dengan sangat cepat.

Dia mengungkapkan kefrustrasiannya ketika akun Tik Tok barunya dihapus hanya dalam waktu tiga detik. Di Instagram, dia dilarang untuk melakukan siaran langsung karena melanggar pedoman platform, sering kali mempertanyakan bagaimana pelaporan berita bisa melanggar standar komunitas.

Faton menekankan bahwa beberapa berita, seperti situasi yang sedang berlangsung di tanah Palestina, penting untuk disorot, meskipun membuat pihak tertentu merasa tidak nyaman.

Baca Juga: Daftar 10 Nama-nama Karakter di Anime Oshi no Ko, Ada Ai Hoshino hingga Kana Arima

 

Disparitas Sensor

Organisasi, yang memantau sensor konten Palestina, telah mengidentifikasi masalah yang signifikan.

Dalam seminggu terakhir, mereka mendeteksi lebih dari 35.000 posting dalam bahasa Ibrani yang mempromosikan berita palsu, hasutan, dan ujaran kebencian. Fakta yang mengkhawatirkan adalah bahwa meta, perusahaan di balik Facebook dan Instagram, tidak menyensor konten dalam bahasa Ibrani dengan ketat seperti konten dalam bahasa Arab.

Disparitas yang jelas ini disebabkan oleh fakta bahwa konten dalam bahasa Ibrani kadang-kadang didukung oleh negara atau militer, sementara konten dalam bahasa Arab seringkali dibuat oleh aktor non-negara, yang mungkin dianggap sebagai konten ilegal oleh meta. Pengaruh tekanan politik terhadap kebijakan-kebijakan ini semakin mempersulit masalah ini.

Baca Juga: Patut di Waspadai: Dehidrasi Akibat Cuaca Panas

 

Kesulitan untuk Terdengar

Bagi pembuat konten Palestina seperti Dina Auni, seorang pengaruh gaya hidup dan perjalanan, tantangan ini juga mencakup mencapai audiens mereka. Dia menceritakan bagaimana teman-temannya di luar negeri semakin kesulitan untuk melihat ceritanya dan bahkan mengakses profilnya.

Banyak cerita, katanya, tidak lagi muncul di umpan mereka, dan ketika mereka mencoba mengklik ikonnya, mereka tiba-tiba keluar dari profilnya secara acak. Jelas terlihat bahwa keterlihatan konten Palestina disengaja dibatasi.

Baca Juga: Pengertian Silent Treatment, Perlakuan Mendiamkan yang Perlu Kita Ketahui

 

Suara Palestina yang Semakin Menguap

Bagi banyak warga Palestina, media sosial telah menjadi salah satu dari sedikit platform yang tersisa untuk berbagi cerita, budaya, dan pengalaman mereka dengan dunia. Namun, seiring platform-platform ini berhadapan dengan tekanan politik dan disparitas dalam sensor konten, bahkan jalur ini menjadi semakin sulit untuk dijalani. Suara Palestina berisiko terdiam, dan cerita-cerita mereka tak tersampaikan.

Di dunia yang menghargai kebebasan berekspresi dan berbagi beragam perspektif, tantangan yang dihadapi oleh pembuat konten Palestina di media sosial menunjukkan pentingnya menjunjung prinsip-prinsip ini, memastikan bahwa suara semua orang dapat terdengar, dan meningkatkan kesadaran tentang kesulitan yang mereka hadapi. Penting bagi kita untuk terus memperjuangkan ruang online yang terbuka, inklusif, dan adil untuk semua.***

Editor: Ryan Pratama

Sumber: Al Jazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah