GALAMEDIANEWS - Situasi kemanusiaan di Jalur Gaza Palestina semakin memprihatinkan dengan tingkat kematian yang terus meningkat sejak 7 Oktober lalu, dan menurut laporan resmi dari Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, jumlah korban tewas telah mencapai 9.227 jiwa, sementara lebih dari 32.500 orang mengalami luka-luka akibat Genosida dari serangan Pasukan Penjajah Israel yang terus berlanjut.
Kepedihan ini semakin terasa ketika kita mengetahui bahwa di antara korban tewas tersebut terdapat 3.826 anak-anak dan 2.405 wanita. Ini adalah penderitaan yang sangat besar, dan banyak keluarga yang harus merasakan kehilangan yang mendalam.
Ahli analisis militer, Elijah Magnier, mengungkapkan pandangannya terkait konflik ini. Dia menyatakan bahwa Israel tampaknya menganggap warga sipil sebagai "tidak relevan" dalam operasinya.
"Pasukan Israel telah menewaskan ribuan orang dan melukai puluhan ribu lainnya dengan dalih pertahanan diri. Mereka mendapat dukungan dari Amerika Serikat dan Uni Eropa, dan tampaknya mereka tidak bertanggung jawab atas tindakan mereka," kata Magnier dalam wawancara dengan Al Jazeera.
Dalam situasi yang semakin genting ini, penduduk Gaza mengalami penderitaan yang tak terhingga. Banyak warga tidak berani keluar rumah, dan bahkan toko roti telah ditutup karena takut menjadi target serangan. Mereka yang mencoba melarikan diri ke selatan juga harus menghadapi ancaman nyawa, karena kendaraan sipil, termasuk ambulans, telah menjadi sasaran tembakan.
Jalan utama yang menghubungkan ke selatan, yakni Jalan al-Rashid, seakan menjadi koridor kematian. Ini adalah satu-satunya rute yang tersedia setelah tank-tank Israel mengambil alih beberapa wilayah di Jalur Gaza, dan warga tidak bisa melarikan diri tanpa merasa terancam.
Baca Juga: Sosok Abu Obeida, Seorang Juru Bicara Brigade Al-Qassam dari Hamas, Berikut Profilnya
Saat ini, Jalur Gaza Palestina dan bagian utara seperti kota hantu, dengan hampir tidak ada aktivitas yang terlihat di jalanan. Situasi ini memunculkan pertanyaan besar tentang bagaimana konflik ini akan berkembang selanjutnya, dan apakah ada solusi kemanusiaan yang dapat ditemukan dalam waktu dekat.***