Prabowo Subianto Diperebutkan China dan Amerika Serikat, Begini Alasannya

- 10 Oktober 2020, 15:10 WIB
Prabowo Subianto.*
Prabowo Subianto.* /


GALAMEDIA - Setelah 20 tahun masuk dalam daftar hitam (blacklist), Amerika Serikat (AS) tiba-tiba memberikan visa ke Menteri Pertahanan Indonesia Prabowo Subianto.

Pentagon melalui Menteri Pertahanan AS Mark Esper bahkan mengundang Prabowo ke negeranya Donald Trump tersebut. Prabowo diagendakan bakal mengunjungi AS pada 15 Oktober mendatang.

Menurut sejumlah pengamat seperti dilansir South China Morning Post, Sabtu 10 Oktober 2020 itu terjadi karena AS tidak mau RI terlalu dekat dengan China.

Terlebih kini, kedua negara tengah berebut pengaruh, terutama soal Laut China Selatan (LCS).

Baca Juga: Prabowo Subianto Kini Jadi Rebutan Amerika Serikat dan China

Peneliti di S Rajaratnam School of International Studies, Nanyang Technological University Alex Arifianto mengatakan menyeimbangkan pengaruh China penting bagi AS.

"Untuk memastikan Indonesia tidak terlalu jauh ke pihak China," katanya dilansir South China Morning Post Sabtu 10 Oktober2020.

Terlebih, China kini telah secara signifikan meningkatkan investasi militer dan ekonominya - terutama infrastruktur dan pertambangan - di Indonesia sejak pemerintahan [Presiden Joko Widodo] menjabat pada tahun 2014.

Belum lagi pemerintahan Presiden AS Donald Trump yang dipandang kurang terlibat dengan Indonesia dan negara Asia, beda dengan pemerintahan AS di masa Barrack Obama.

"Pertemuan itu akan menjadi kesempatan bagi Washington untuk menunjukkan bahwa mereka masih tertarik dengan sekutu Asia Tenggara, meskipun lebih bersifat bilateral daripada multilateral," katanya.

Kenyataan lain juga diungkap Arifianto. Ini ujarnya, terkait moderenisasi militer RI.

"TNI Angkatan Darat sedang menjalani program modernisasi militer skala besar untuk menggantikan infrastruktur pertahanan yang sudah tua termasuk pesawat, kapal, tank, serta teknologi persenjataan," katanya.

Dalam beberapa bulan terakhir, Prabowo telah menyatakan minatnya untuk memperoleh 15 Eurofighter Typhoon Aircraft bekas dari Austria, F-16 Viper dari AS, dan jet tempur Rafale dari Prancis.

Juli lalu, Rusia mengatakan kesepakatan untuk menjual 11 jet tempur Sukhoi Su-35 ke Indonesia senilai 1,14 miliar dolar AS masih berjalan.

Pengamat dari National War College di Washington, Zachary Abuza menyebut, selain pemberian visa adalah kemenangan Prabowo dari AS. Ia berujar jelas AS membebaskan sanksi demi hubungan bilateral.

Baca Juga: Ditengah Pandemi Covid-19, Sosialisasi Penerapan Protokol Kesehatan Harus Rutin

Indonesia sebenarnya mengatakan 'nonblok' dan tak ingin berkonflik dengan AS-China. Namun, kata dia, Indonesia memang lebih berat ke China karena Beijing menggerakkan ekonomi Indonesia dan membantu dalam penanganan Covid.

Sebelumnya, sebagaimana dilaporkan media AS The Politicio, AS telah memutuskan memberi visa pada Prabowo sebagai syarat masuk ke negeri Paman Sam.

Hal itu juga dibenarkan Juru Bicara Prabowo, Dahnil Anzar Simanjuntak.

Ini terkait undangan Pentagon yakni dari Menteri Pertahanan (Menhan) AS Mark Esper 15 hingga 19 Oktober nanti.

"Undangan ini untuk melanjutkan pembicaraan detail terkait kerjasama bilateral bidang pertahanan," katanya dalam siaran pers Dahnil Simanjuntak.***

Editor: Dicky Aditya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x