Gubernur Jabar Beri Paparan di P3DA XI Tahun 2020 Lemhanas RI Soal Kepemimpinan

- 26 Oktober 2020, 13:37 WIB
Gubernur Jawa barat, Ridwan Kamil
Gubernur Jawa barat, Ridwan Kamil /Humas Jabar


GALAMEDIA - Gubernur Jabar Ridwan Kamil menegaskan dirinya selalu berpegang teguh kepada tiga nilai kepemimpinan untuk memajukan Provinsi Jawa Barat (Jabar).

Pertama, pemimpin harus memberikan rasa aman dan nyaman untuk warganya dengan cara menjaga lisan dan tindakan.

Menurut Ridwan Kamil, konflik bisa terjadi jika pemimpin tidak bisa menjaga ucapan dan tindakan serta tidak menghadirkan ketenangan bagi warganya.

Baca Juga: Emmanuel Macron Sudutkan Islam, MUI Minta Menlu Panggil Duta Besar Prancis

"Karena banyak juga pemimpin yang kadang-kadang lisannya tidak terjaga, akhirnya terjadi konflik," ujar Kang Emil saat menyampaikan paparan dalam agenda Program Pemantapan Pimpinan Daerah Angkatan (P3DA) XI Tahun 2020 Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia (Lemhanas RI) melalui konferensi video dari Gedung Pakuan, Kota Bandung, Senin 26 Oktober 2020.

Kedua, nilai kepemimpinan yang menjadi pegangan adalah mengakselerasi kemajuan. Sebagai kepala daerah, ia berkomitmen meningkatkan dan mempercepat pembangunan di provinsi dengan jumlah penduduk terbesar se-Indonesia ini.

"Meningkatkan kecepatan pembangunan yang dulunya repot menjadi tertib, dulunya gelap menjadi transparan, itu harus kita lakukan," tuturnya.

Baca Juga: Sumpah Pemuda: Refleksi Sejarah Pemuda Islam Masa Lalu dan Masa Kini

Ketiga, pemimpin wajib membawa perubahan dengan menciptakan inovasi dan program-program baru.

Ia berujar, ketiga nilai kepemimpinan itulah yang harus semuanya dimiliki oleh kepala daerah.

"Inilah tiga nilai yang selalu saya pegang. Ketiganya harus dimiliki, karena ada juga pemimpin yang membawa perubahan tapi lisan dan tindakannya tidak terjaga sehingga (situasi) sosial politik tidak kondusif," ujarnya.

Selain bicara tiga nilai kepemimpinan, Ia juga memaparkan empat tipe kepemimpinan dihadapan peserta diklat yang terdiri dari kepala daerah hingga pimpinan DPRD tersebut.

Baca Juga: Tidak Bisa Larang Wisatawan Ke Bandung, Yana: Yang Penting Terapkan Protokol Kesehatan

Tipe pertama adalah kepemimpinan represif, di mana setiap kebijakannya harus selalu top-down atau bersifat menekan dan memaksa.

"Tipe kedua yaitu kepemimpinan defensif, senangnya menyalahkan orang, kira-kira begitu, tidak mau mengambil tanggung jawab, kalau ada masalah selalu berkelak dengan berbagai alasan," ucap Kang Emil, sapaan akrabnya.

Tipe ketiga dan keempat, masing-masing yakni responsif dan sensitif. Kang Emil berharap, para pemimpin di Indonesia memiliki tipe responsif sehingga selalu terdepan dan cepat tanggap terhadap suatu masalah.

Baca Juga: Erdogan Sebut Macron Perlu Perawatan Mental, Prancis Perintahkan Para Pejabat Angkat Kaki dari Turki

"Kepemimpinan responsif, setiap ada masalah selalu merespons dengan cepat, seperti kebencanaan dan masalah lainnya," katanya.

Sensitif menjadi tipe kepemimpinan yang terbaik menurutnya, yaitu bisa mengambil tindakan atau mencegah sebelum terjadi sebuah aksi atau kejadian.

"Karena dia dengan segala datanya bisa melakukan tindakan preventif," ujar Kang Emil.

"Salah satu yang coba saya praktikkan dari dua tipe (responsif dan sensitif) ini adalah melalui media sosial. Karena media sosial di zaman sekarang menjadi cara masyarakat berinteraksi yang bisa dijadikan sampling oleh pemimpin terkait hal-hal yang harus direspons," tuturnya.***

Editor: Brilliant Awal


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x