Ogoh-ogoh sebenarnya tidak secara langsung berhubungan dengan upacara Hari Raya Nyepi. Sejak tahun 1980-an, umat Hindu telah menampilkan ogoh-ogoh bersamaan dengan acara keliling desa dengan membawa obor, atau yang disebut dengan acara ngerupuk.
Baca Juga: Kapan Hiatus One Piece Berakhir? Simak Jadwal Tayang Episode 1054 dan Bocorannya
Apa itu ogoh-ogoh?
Bagi yang belum tahu, ogoh-ogoh adalah patung raksasa yang diarak berjalan mengelilingi desa pada malam sebelum hari raya nyepi (ngerupukan) dengan diiringi gamelan Bali yang bernama Bleganjur, dan kemudian diakhiri dengan membakarnya
Ogoh-ogoh adalah patung representasi Bhuta Kala dalam budaya Bali. Dalam ajaran dharma Hindu, Bhuta Kala mewakili kekuatan alam semesta dan waktu (Kala) yang tak terukur dan tak terbantahkan.
Dalam perwujudan patung yang dimaksud, Bhuta Kala muncul sebagai sosok yang besar dan tangguh; biasanya dalam bentuk raksasa. Selain sosok raksasa, Ogoh-ogoh juga sering digambarkan dalam bentuk makhluk-makhluk penghuni Mayapada, Surga dan Neraka, seperti: naga, gajah, Vidyadara, bahkan ada juga yang dalam perkembangannya digambarkan dalam bentuk orang-orang terkenal, seperti para pemimpin terkenal di dunia, seniman atau tokoh agama, dan bahkan penjahat.
Mengapa Ogoh-ogoh menakutkan?
Ogoh-ogoh yang menakutkan diciptakan untuk merepresentasikan kejahatan dan kegelapan yang ada di masyarakat. Ogoh-ogoh yang menakutkan ini biasanya berbentuk makhluk mitologi atau hewan dengan simbolisme negatif, seperti monster, setan, atau bahkan Rangda, penyihir jahat dalam mitologi Bali.
Dengan membuat ogoh yang ditakuti, masyarakat Bali menunjukkan bahwa kejahatan dan kegelapan adalah bagian dari kehidupan dan harus dibuang dari masyarakat. Selain itu, ogoh-ogoh juga digunakan sebagai simbol kekuatan dan keberanian untuk menghadapi segala bentuk kejahatan dan kegelapan dalam hidup.