Extra Ordinary, Pesan dari Keluarga Terpapar & Berduka

- 1 Juli 2021, 22:30 WIB
Foto pengirim./dok.istimewa
Foto pengirim./dok.istimewa /

GALAMEDIA - Selasa 29 Juni 2021, merupakan malam ketiga acara majelis doa online atas wafatnya almarhumah istri saya.

Saya yang biasanya memberikan sedikit pengantar di awal acara, tadi malam absen karena kelelahan setelah melewati moment yang menguras tenaga, pikiran dan mengaduk-aduk rasa serta emosi itu.

Saya ingin bagi pengalaman saat menghadapi situsi genting itu, dengan harapan hal ini tidak sampai terjadi dialami teman-teman, atau bagi mereka yang dalam situasi serupa, yakinlah Anda tidak sendiri dan akan bisa melewati semuanya.

Malam itu sekitar pukul 19.30 Zainab anak saya yang bungsu tiba-tiba mendekat, lalu mendekap erat dengan suara parau: "Ibu Yah, Ibu..." ujarnya.

Saat ini bila mengingat tangisan parau anak bungsu saya itu, ada rasa teriris dan lalu air mata ini tak tertahankan keluar.

Baca Juga: Hentikan 11 Proyek Infrastruktur untuk Tangani Pandemi, Ridwan Kamil: Nyawa Warga yang Utama

Teringat pula bagaimana saat almarhumah istri saya di suatu Subuh di sebelah kamar berbeda, tiba-tiba terkulai lemas tak bisa berdiri karena kekurangan supply oksigen dengan saturasi yang rendah. Lalu anak saya nomor satu dan dua membawanya ke rumah sakit terdekat.

Setiba di IGD rumah sakit, petugas jaga menerimanya dengan mimik bingung lalu menjelaskan.

"Semua ruangan penuh, tapi kami tak bisa melepaskan Ibu Anda, jika RS yang dituju belum pasti dan kepindahannya tidak didampingi petugas. Ya sudah dipojok sini aja dulu, tapi maaf alat seadanya. Anak saya nomor satu berusaha mencari persediaan oksigen," katanya.

Terbayang suasana psikologis yang dialami anak-anak, dihadapan mereka Ibunya terengah susah bernafas sementara tak tahu apa yang harus dilakukan. HFC, oksigen bertegangan tinggi dan ventilator yang katanya bisa meringankan sudah tidak tersedia.

Saya tidak ingin mengatakan layanan kesehatan kita saat ini sedang collapse, lalu mengundang perdebatan.

Saya hanya ingin kita semua berbuat sesuatu yang positif setidaknya untuk diri Anda sendiri.

Sekitar pukul 06.00 keesokan harinya adik saya datang ke kantor pekuburan terdampar covid di Cikadut Bandung.

Baca Juga: Dandhy Laksono Kritisi Presiden Jokowi yang Berlakukan PPKM: Program Pencarian Keselamatan Mandiri

Sengaja datang di awal hari dengan harapan penguburan bisa segera dilakukan, alih-alih yang pertama malah dapat nomor antrian ke sepuluh. Petugas menginformasikankan, satu hari sebelumnya ada tidak kurang dari 30 jenazah yang dimakamkan.

Saya juga mendapatkan informasi bahwa teman satu kantor yang kebetulan namanya sama, istrinya telah berpulang juga karena hal yang sama. Team Leader saya sore itu izin tidak bisa ikut prosesi doa, karena harus mengantar iparnya ke RS Covid di Wisma Atlet.

Lalu sahabat saya dari Kalimantan telpon, awalnya mau sampaikan belasungkawa, malah bercerita beberapa hari sebelumnya kakaknya wafat dan dia sempat isoman.

Belum lagi kawan dari Ciamis, dan bahkan adik saya yang membantu proses administrasi pemakaman, sekarang harus berjibaku mengurus ibu mertuanya yang kesulitan mendapatkan akses layanan RS dan alat-alat yang dibutuhkan.

Apresiasi saya atas pengorbanan, kerja melelahkan dan beresiko bagi rekan-rekan petugas kesehatan.

Bidan PKM setempat yang memonitor perkembangan almarhum istri saya, mengungkap penyelasan dan permohonan maaf, "Teh saya sudah memasukan nama Ibu ke system penanganan covid Kota untuk bisa dirujuk ke RS, dari tiga hari lalu. Dokter tetap tidak bisa mengeluarkan surat itu, karena di system belum meng-acc."

Baca Juga: Seluruh Daerah di Jabar Terapkan PPKM Darurat

Dokter Anestesi ICU RS MHD juga menyampaikan permohonan maaf via wa: "Saya turut berduka dan mohon maaf, kami sudah berusaha maksimal. Saat Ibu meninggal disebelahnya sedang ada pasien dengan saturasi yang rendah. Kami tidak tahu, apakah kami bisa bertahan."

Saya ingin mengatakan, dibutuhkan upaya extra ordinary semua pihak. Kita serahkan tanggung jawab menghadapi situasi ini hanya kepada para petugas kesehatan saja, sama saja dengan siap-siap terjun bebas bersama.

Bahwa pemerintah yang sudah memilih jalan hidupnya sebagai pelayan rakyat harus memenuhi amanat dan janjinya, betul !

Tapi di situasi yang kita hadapi saat ini, bahwa semua orang harus mengambi peran dan inisiatif yang positif, sudah waktunya. Atau nasib serupa seperti yang dialami almarhumah isri saya, akan menemui Anda, atau orang-orang tercinta Anda.

1. Para penyelenggara negara siapapun Anda, bukan hanya Menkes, semuanya mulai level kota, propinsi, maupun nasional, inilah saatnya Anda membuktikan sikap adil dan kasih Anda kepada warga Anda.

Kami paham kebingungan Anda, Anda juga sudah bekerja keras, membuat program vaksin dll. Tapi ketahuilah system di kota belum terlalu pintar untuk mendeteksi, mana yang bisa bertahan isoman di rumah dan mana yang harus di rujuk.

Baca Juga: Jokowi Resmikan PPKM Hingga 20 Juli, Demokrat: Itu Idul Adha, Hobi PakDe Senang Ribut dengan Umat Islam

Kami paham merujuk pasien ke RS akan membuat RS collapse, inilah saatnya Anda kerja extra ordinary. Keluarkan setengah saja dari kekayaan yang Anda miliki, dan paksa orang-orang kaya negeri ini untuk juga melakukan hal yang sama.

Pastikan dan tambah tenaga kesehatan sehingga mencukupi, bangun fasilitas bagi pasien yang membutuhkan; butuh rujukan, oksigen dan ventilator.

Jangan biarkan mereka menghembuskan nafas terakhirnya.

2. Anda orang-orang kaya negeri ini, saatnya Anda berendah dan bermurah hati . Anda berlimpah kekayaan dari sumber kekayaan negeri ini, bantulah pemerintah agar bisa menyediakan sarana kesehatan yang dibutuhkan.

Saya yakin Anda sudah lakukan, tapi sikap extra ordinary sangat dibutuhkan saat ini.

Hibahkan dua pertiga kekayaan Anda pada negara tidak akan membuat Anda jatuh miskin. Atau memang Anda memilih untuk saat dimana uang dan kekayaan itu, tidak memiliki makna dan nilai lagi.

3. Bagi Anda sesama warga negeri, saatnya tebarkan kejujuran dan kebaikan ahlak.

Bangun suasana positif dan kondusif, termasuk di ruang-ruang virtual. Jauhkan sikap fanatis, bangun teposeliro.

Di tengah-tengah Anda, ada saudara-saudara Anda, yang sedang berjuang dalam duka. Membanjiri ruang-ruang virtual dengan yang tidak perlu yang hanya akan membuatnya bertambah perih dan sakit.

Baca Juga: Sinopsis Ikatan Cinta 2 Juli 2021: Mental Elsa Kena Lagi, Mama Rosa Tanyai Soal Kasus Roy

4 .Buat keluarga inti dan kelompok komunitas warga, saatnya lakukan konsolidasi, mitigasi, hidupkan gotong royong dan bangun pertahanan di kelompok-kelompok kecil.

Apa yang harus dilakukan jika ada yang terpapar, bagaimana desain lumbung pangan setidaknya untuk keluarga atau kelompok komunitas Anda.

5. Buat saudara saya yang dalam keterbatasan ruang, sarana dan supply, apresiasi setinggi-tingginya atas sikap sabar dan kecukupan. Betapa mulianya Anda dihadapan Tuhan.

Terakhir mari kita jaga prokes, terapkan 5M, perkuat imun dan vaksin.

Upaya jangan sampai terpapar, adalah pilihan utama.

Kita berdoa, semoga Indonesia dan dunia, bisa segera memasuki kenormalan baru.

Salam sehat...

Dari seorang penyintas stroke, yang terpapar dan sedang berduka.

Pengirim:
Asep M Mulyana
Pekerja Pembangunan Lembaga Donor Int

Seluruh materi dalam naskah ini merupakan tanggung jawab pengirim. Gugatan, somasi, atau keberatan ditujukan kepada pengirim

Editor: Lucky M. Lukman


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah