Perubahan Sosial Pasca Kudeta 15 Juli di Turki

- 10 April 2022, 12:00 WIB
Foto penulis, Wawan./dok.IST
Foto penulis, Wawan./dok.IST /

Beberapa teori muncul dari percobaan kudeta yang gagal ini. Salah satu teori menyebut ini adalah 'false flag' dari Erdogan untuk semakin menggenggam kekuasaan, namun secara nalar hal itu terlalu berlebihan untuk dijustifikasi dan perlu pembuktian.

Teori berikutnya yang diusung oleh Gerakan Kurdi bahwa Kemalis, pengikut Mustafa Kemal, sekuleris di ketentaraan memperdaya kelompok Gulen untuk melakukan kudeta. Mereka paham bahwa itu akan gagal dan mengarah pada pembersihan kelompok Gulen yang diinginkan oleh militer. Prediksi lain datang dari sumber kepolisian, yang mengatakan bahwa AKP telah merencanakan untuk menangkap pejabat militer pendukung Gulen pada 16 Juli.

Sumber tersebut mengklaim bahwa ketika komplotan kudeta mengetahui hal ini, mereka melanjutkan dan memulai kudeta lebih awal dari yang direncanakan, sehingga ini menjadi suatu kecerobohan. Presiden Erdogan dan jajaran kabinetnya di kementerian menyalahkan kelompok Gulen atas terjadinya kudeta. Pertanyaan yang muncul, pertama, penggunaan kekerasan bukan tipe dan karakter Gerakan Gulen.

Kedua, pernyataan Junta, yang dibacakan secara paksa di TV resmi pemerintah saat sedang kudeta berlangsung, sangat mirip dengan pidato terkenal Mustafa Kemal pada pemuda Turki.
Pemerintah AKP mengklaim bahwa seorang jaksa militer berada dibalik upaya bersama dengan 46 perwira yang namanya bocor ke media saat larut malam. Hingga saat ini belum ada kepastian siapa sebenranya dibalik kudeta Militer di Turki.

Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas diperoleh beberapa kesimpulan bahwa kudeta di Turki telah berulang kali terjadi. Militer senantiasa berusaha mengambil posisi penting dalam tubuh pemerintahan dan eksistensi negara. Kudeta memunculkan berbagai teori termasuk teori kosnpirasi false flag untuk mengukuhkan posisi Erdogan dan partai AKP.

Perspektif dari AKP bahwa kesadaran masyarkat untuk bersama menyelamatkan demokrasi dan mengakui kepemimpinan yag terpilih lewat jalur demokratis akan tetap eksis meskipun berhadapan dengan teror dari kelompok kudeta. Para pengamat luar negeri Amerika dan Uni Eropa meyakini kudeta yang dilakukan terasa banyak kejanggalan yang keduanya sisi penafsiran belum dapat ditemukan secara pasti apa dan siapa dibalik kudeta sebenernya. Kelompok Pemerintah dan partai AKP menuding Gerakan Gulenis berada dibalik upaya kudeta.

Analis Barat meragukan hal itu sebagaimana terlihat dari display pasukan dan pola operasinya yang cenderung serampangan dan tidak terkoordinasi dengan baik. Kudeta juga mengukuhkan posisi politik partai AKP dan Erdogan dengan kembali memperoleh simpati dan dukungan luas dari warganya. Sementara kelompok Gulenist semakin terancam oleh karena tudingan-tudingan yang menyasar mereka dan keluarganya.

Penulis:
Wawan
Mahasiswa Pascasarjana Sekolah Kajian Stratejik Global, Kajian Wilayah Timur Tengah Universitas Indonesia

DISCLAIMER: Seluruh materi dalam naskah ini merupakan tanggung jawab pengirim. Gugatan, somasi, atau keberatan ditujukan kepada pengirim.***

Halaman:

Editor: Lucky M. Lukman


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah