Personal Branding Penggiat UMKM

- 21 Februari 2022, 17:30 WIB
Foto penulis./dok.pribadi
Foto penulis./dok.pribadi /

GALAMEDIA - Struktur dan kompisisi usaha di Indonesia digambarkan secara virtual dalam piramida 4 lapis (four layers).

Lapis pertama paling bawah adalah usaha mikro paling banyak, kemudian ke atasnya usaha kecil, usaha menengah, dan di puncak piramida adalah usaha besar, paling sedikit jumlahnya.

Terdapat lebih dari 64 juta umkm yang berkontribusi lebih dari 60% GDP bangsa ini dan menyerap tenaga kerja lebih dari 97% saat ini.

Inisiatif usaha biasanya dimulai di entry-level karena dianggap mudah dimulai (start-up business) namun sulit bergerak ke atas, sulit masuk ke lapis usaha kecil, dan di antara kedua lapis ini terjadi bottlenecks, banyak yang gagal, keluar dari pasar.

Dalam situasi normal saja begitu, apalagi dimasa disrupsi covid yang berlanjut ke omicron. Pergeseran usaha melalui bisnis digital merupakan keniscayaan namun juga menciptakan kegamangan. Antara bisnis secara online dengan offline berbeda dari sisi perilaku marketing-nya.

Baca Juga: Mencuri Demi Biaya Istri Melahirkan, Pelaku Resmi Dibebaskan dan Diberi Santunan

Pada pendekatan online maka personal branding-nya harus lebih kuat dibanding offline. Offline menjadi differentiator dari online. Hal ini lambat diadaptasi oleh penggiat UMKM.

Namun perlu dipahami oleh penggiat UMKM, online tidak akan sepenuhnya menggantikan offline. Jadi, personal branding di kedua sisi harus berimbang.

Penggiat umkm dituntut untuk terus me-maintain brand karena akan memberikan value lebih tinggi daripada hanya mengumpulkan aset fisik. Mayoritas orang beli karena percaya.
Tinggal percaya sama produknya atau percaya sama orangnya? Percaya sama produknya bangunlah product brand, percaya sama orangnya bangunlah personal brand.

Halaman:

Editor: Lucky M. Lukman


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x