Perubahan Sosial Pasca Kudeta 15 Juli di Turki

- 10 April 2022, 12:00 WIB
Foto penulis, Wawan./dok.IST
Foto penulis, Wawan./dok.IST /

Dogu Ergil, pengamat politik dari Universitas Ankara meragukan kudeta dilakukan oleh kelompok Hizmet, karena persiapan yang sangat buruk, kelompok Gulen tidak akan melibatkan diri dalam tindakan amatiran seperti itu. Banyak kalangan pun menilai hal senada, sangat buruk dalam pengorganisasian. Kudeta ini tidak cukup kuat dan sangat minim dukungan militer.

Pada prinsipnya terlihat, percobaan kudeta ini seolah terlihat tidak serius dan menggambarkan suatu kesatuan komando yang terintegrasi. Mereka mengambil alih stasiun TV negara, namun tidak dengan koneksi satelit yang memungkinkan pemerintah memilki kesempatan membangun narasi. Mereka menangkap panglima Angkatan bersenjata, Hulusi Akar, menguasi jembatan di Istambul, dan mengambil alih komando di Ankara.

Akan tetapi tokoh kunci lepas dari pengamatan, membiarkan mereka mengumpulkan dukungan dan perlawanan. Dengan memblokade jembatan, mengambil alih markas militer dan beberapa pesawat bagaiamana mungkin mereka dapat berhasil, kata Ulgen. Hal itu sama dengan kudeta bunuh diri, lanjutnya.

Ezgi, seorang jurnalis dan penulis Turki menganalisis bahwa kudeta yang dilakukan pada tanggal 15 Juli 2016 terlihat tidak sebagaimana mestinya sebuah kudeta dilakukan. Ini didasarkan oleh beberapa alasan sebagai berikut: Pertama, partai AKP telah menjanjikan reduksi terhadap keterlibatan militer dalam pemerintahan.

Pada tahun 2007, panglima Angkatan bersenjata Turki Jenderal Yasar Buyukanit, menentang Abdullah Gul menjadi Presiden, diketahui Abdullah Gul adalah mantan rekan lama Erdogan. Partai AKP dan parlemen menolak kemungkinan intervensi dilakukan oleh Jenderal Buyukanit dan juga Abdullah Gul.

Percobaan pengambil alihan pemerintahan melahirkan konflik antara AKP dan militer, dan hal ini menaikkan popularitas dan dukungan terhadap AKP. Kemudian setelah penyelidakan terhadap Jenderal Buyukanit, berlanjut pada investigasi terhadap Ergenekon. Berdasarkan dakwaan Ergenekon adalah organisasi teroris yang terdiri dari nasionalis sekuler di dalam sistem politik.

Mereka diduga merencanakan pembunuhan dan serangan bom untuk menggulingkan pemerintah dan telah mempengaruhi lingkungan politik Turki selama beberapa dekade. Di antara mereka ada seorang mantan kepala Angkatan bersenjata, Jenderal Ilker Basbug. Pada tahun 2010 kasus yang melibatkan Sledgehammer (Balyoz) dimulai, yang mana hal ini berakibat pada penahanan 300 orang pejabat militer.

Mereka dituduh merencanakan kudeta tahun 2003 terhadap pemerintah, tetapi sebagian besar bukti ditemukan palsu. Seluruh terdakwa di dua persidangan di bebaskan. Kemudian tuduhan diarahkan kepada pengikut Fethulah Gulen di militer, intelijen, polisi dan pengadilan. Awalnya terdapat hubungan antara AKP dan Gerakan Gulen yang ditujukan untuk menghilangkan dominasi sekuler di dalam negara dan kelompok militer.

Pada akhirnya AKP dan Gulen terlibat perseteruan dalam berebut pengaruh. Diakui juga bahwa Gerakan Gulen dalam struktur negara cukup mengakar dan sulit teridentifikasi. Presiden Erdogan berjanji akan melakukan bersih-bersih dengan melakukan penangkapan dan melancarkan kampanye yang ditargetkan pada titik tertentu.

Beberapa petinggi militer mengecam kudeta, Panglima Angkatan bersenjata dan dua jenderal Angkatan laut dilaporkan disandera. Namun panglima selanjutnya dibebaskan namun keberadaan du petinggi Angkatan laut belum diketahui.

Halaman:

Editor: Lucky M. Lukman


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah