Pembiasaan Bukan Pemaksaan, Mengenakan Jibab Sejak Dini

- 1 Oktober 2020, 11:31 WIB
/

Taklif syariah memang belum dibebankan kepada anak-anak. Ia hanya dibebankan kepada orang-orang yang telah dewasa atau balig. Rasulullah saw., “Diangkat pena (taklif hukum) dari tiga golongan; orang tidur hingga bangun, anak-anak hingga balig dan orang gila hingga sadar.” (HR al-Baihaqi).

Hanya saja Islam memerintahkan kita untuk melatih dan membiasakan anak-anak perempuan kita sejak dini. Dengan itu, kelak saat mereka balig, mereka sudah paham dengan hukum menutup aurat dan siap serta istiqamah dalam menjalankannya.

Ibnu Abbas berkata: Suatu hari aku membonceng Nabi saw. Beliau bersabda kepadaku, “Nak, sungguh aku akan mengajari kamu beberapa kalimat: Jagalah (syariah) Allah, niscaya Allah akan menjagamu. Jagalah (syariah) Allah, niscaya engkau akan mendapatkan (pertolongan/perlindungan) Allah senantiasa di hadapanmu. Bila engkau meminta (sesuatu) maka mintalah kepada Allah. Bila engkau memohon pertolongan maka mohonlah pertolongan kepada Allah.” (HR Ahmad dan at-Tirmidzi).

Baca Juga: Kereta Cepat Jakarta-Bandung Lintasi Jembatan Sepanjang 2,8 km di Sungai Citarum

Betapa besar dan betapa dalam pendidikan yang diberikan oleh Rasulullah saw. kepada anak pamannya, Abdullah bin ‘Abbas, yang saat itu belum balig. Begitupun kaitannya dengan penggunaan jibab dan kerudung bagi muslimah. Hendaknya diajarkan sejak usia dini agar anak terbiasa untuk senantiasa menutup auratnya. Ia akan merasa malu jika suatu saat tidak menutup aurat karena kebiasaan itu sudah menjadi bagian dari dirinya.

Tuduhan para liberalis sungguh tidak beralasan. Pembiasaan untuk mentaati perintah sang Pencipta sejak masa usia anak-anak adalah bentuk tanggung jawab orang tua. Karena kelak di hari pembalasan, kita sebagai orang tua akan dimintai pertanggungjawaban atas anak-anak kita.

Besar kemungkinan, para liberalis memang ingin mengaruskan islamophohia di tengah-tengah masyarakat agar kaum muslim takut terhadap ajaran agamanya sendiri. Apalagi sampai kaum muslim menganggap ajaran agamanya sudah tidak relefan lagi di masa kini. Hingga tak patut lagi untuk diajarkan dan dilaksanakan.

Baca Juga: Kementrian Luar Negeri Indonesia Bela Vanuatu, Kok Bisa?

Sebagai tandingan, para liberalis menyuguhkan pendidikan yang serba bebas untuk anak-anak, pendidikan parenting yang diambil dari barat dengan mengatasnamakan kebebasan dan hak asasi manusia. Mereka beranggapan dengan membebaskan anak-anak memilih segala seuatu yang mereka sukai, akan melejitkan potensi anak dan menjadikan anak lebih berkarakter. Walhasil, anak dibiarkan memilih sendiri karakter kepribadiaanya, terlepas dari baik ataukah buruk berdasrkam ajaran agama.

Memang, pendidikan ala barat akan sangat berbeda dengan pendidikan cara islam. Di dalam islam, saat anak melakukan sesuatu yang dapat mencelakakannya atau melakukan hal yang ditentang syariat, maka wajib bagi orang tuanya untuk melarang dan menjelaskan. Anakpun diarahkan agar mempunyai kepribadiaan islam, berpola pikir islam dan bertingkah laku islami. Islampun mengajarkan pada umatnya untuk senantiasa taat pada seluruh aturan agamanya. Bagi muslim yang taat, aturan tersebut tak akan dimaknai sebuah pengekangan. Justru aturan tersebut merupakan wujud kasih sayang Allah SWT pada umat manusia. Dengan mengikuti aturan Sang Pembuat Kehidupan, kita bisa berjalan dengan selamat di dunia juga akhirat.

Halaman:

Editor: Kiki Kurnia


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x