Banjir Dahsyat Terjang Belanda, Lebih dari 1.800 Orang Meninggal Dunia pada 31 Januari 1953

31 Januari 2021, 08:55 WIB
ilustrasi banjir. Banjir besar melanda Belanda, Inggris dan Belgia pada 31 Januari 1953 dan menewaskan lebih dari 1.800 orang. /Chris Gallagher/unsplash.com/@chriswebdog

GALAMEDIA - Di berbagai belahan dunia, banyak peristiwa penting terjadi pada tanggal 31 Januari, dari tahun ke tahun. Tak sedikit dari peristiwa itu menjadi catatan sejarah penting bagi perjalanan hidup manusia.

Di antaranya peristiwa banjir besar yang melanda Belanda, Inggris, Belgia dan menewaskan lebih dari 1.800 orang serta terbentuknya Nahdlatul Ulama (NU).

Berikut sejumlah peristiwa penting di tanggal 31 Januari, yang dirangkum Galamedia dari berbagai sumber:

Baca Juga: Gempa Bumi Guncang Tiga Wilayah di Indonesia, Hari Ini Sabtu 30 Januari 2021

1859
Kabupaten Sidoarjo didirikan pada 31 Januari 1859. Sidoarjo adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibu kotanya adalah kota Sidoarjo.

Kabupaten ini berbatasan dengan Kota Surabaya dan Kabupaten Gresik di utara, Selat Madura di timur, Kabupaten Pasuruan di selatan, serta Kabupaten Mojokerto di barat.

Bersama dengan Gresik, Sidoarjo merupakan salah satu penyangga utama Kota Surabaya, dan termasuk dalam kawasan Gerbangkertosusila. Penduduk kabupaten ini berjumlah 2.266.533 jiwa pada tahun 2019.

1865
Perang Saudara Amerika: Kongres Amerika Serikat mengajukan Amendemen ke-13 Konstitusi Amerika Serikat yang menghapuskan perbudakan, mengirimkannya ke negara-negara bagian untuk diratifikasi.

1900
Datu Muhammad Salleh dibunuh rahasia di Kampung Teboh, Tambunan, Sabah, mengakhiri Pemberontakan Mat Salleh.

Baca Juga: Bikin Merinding, Pemotor di Kota Bandung Nyaris Tertabrak Kereta Api

1926
Berangkat dari munculnya berbagai komite dan organisasi yang bersifat embrional serta ad hoc, maka setelah itu dirasa perlu membentuk organisasi yang lebih mencakup dan sistematis untuk mengantisipasi perkembangan zaman.

Setelah berkoordinasi dengan sejumlah kiai, karena tidak terakomodasi kiai dari kalangan tradisional untuk mengikuti Konferensi Islam Dunia yang ada di Indonesia dan Timur Tengah, akhirnya muncul kesepakatan dari para ulama pesantren untuk membentuk organisasi bernama Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama) pada 16 Rajab 1344 H (31 Januari 1926) di Kota Surabaya, Jawa Timur. Organisasi ini dipimpin KH Hasjim Asy'ari sebagai Rais Akbar.

Ada banyak faktor yang melatarbelakangi berdirinya NU. Di antara faktor itu adalah perkembangan dan pembaruan pemikiran Islam yang menghendaki pelarangan segala bentuk amaliah kaum Sunni.

Sebuah pemikiran agar umat Islam kembali pada ajaran Islam "murni" yaitu dengan cara umat Islam melepaskan diri dari sistem bermadzhab.

Bagi para kiai pesantren, pembaruan pemikiran keagamaan sejatinya tetap merupakan suatu keniscayaan, namun tetap tidak dengan meninggalkan tradisi keilmuan para ulama terdahulu yang masih relevan. Oleh karena itu, Jam'iyah Nahdlatul Ulama cukup mendesak untuk segera didirikan.

Baca Juga: Indonesia Diprediksi Tembus 2 Juta Kasus Covid-19 Dua Bulan dari Sekarang, Jika...

1953
Pada 31 Januari 1953 banjir besar melanda Belanda. Banjir ini akibat gelombang badai musim semi dan angin Eropa di laut utara yang menyebabkan air laut naik ke permukaan.

Gelombang besar dan angin kencang merusak pertahanan laut dan menyebabkan banjir besar di Belanda. Bukan hanya Belanda, Inggris dan Belgia juga merasakan dampak dari gelombang besar tersebut.

Tercatat 1.800 warga Belanda meninggal akibat banjir dahsyat tersebut. Sementara di Inggris 307 orang meninggal, tepatnya di Lincolnshire, Norfolk, Suffolk, dan Essex. Lalu 19 korban jiwa di Skotlandia dan 28 orang meninggal di Flandres Barat, Belgia.

Selain menimbulkan korban, gelombang ganas ini juga memorak-porandakan kapal dan bangunan-bangunan yang ada di sepanjang Pantai Eropa Utara. Kerugian materiil akibat banjir besar tersebut ditaksir mencapai ratusan juta Euro.

Baca Juga: Abu Janda Dituding Penyusup ke Tubuh Ansor dan NU, Dewan Penasihat PP GP Ansor: Musang Berbulu Domba!

1958
Sabuk radiasi Van Allen merupakan dua sabuk partikel bermuatan di sekitar Planet Bumi yang ditahan di tempatnya oleh medan magnet Bumi.

Sabuk Van Allen eksis karena terdapat "blind spot" di medan magnet Bumi yang disebabkan kompresi dan peregangan dari angin matahari. Sabuk radiasi Van Allen berada pada ketinggian 1.000 sampai 60.000 kilometer di atas permukaan Bumi.

Medan magnet Bumi berfungsi sebagai cermin magnetik yang memantulkan partikel bermuatan bolak-balik sepanjang garis gaya yang merentang antara Kutub Magnetik Utara dan Selatan.
Sabuk Van Allen berhubungan dengan Aurora Borealis dan Aurora Australis atau semburat partikel bermuatan yang muncul saat sabuk Van Allen bersinggungan dengan bagian atas atmosfer.

Sabuk Van Allen cukup berbahaya bagi satelit dan stasiun ruang angkasa yang mengorbit. Sebisa mungkin mereka harus menghindari kontak dengan sabuk ini karena partikel bermuatan bisa menyebabkan kerusakan pada instrumen yang ada.

Baca Juga: Mustofa Nahrawardaya Soroti Kasus Abu Janda Soal 'Islam Arogan': Dia Aman Sampai Matinya

1958
Explorer 1 (Alpha 1 1958) adalah satelit pertama bumi milik Amerika Serikat. Satelit ini diluncurkan sebagai bagian dari partisipasi dalam Tahun Geofisika Internasional.

Misi tersebut diikuti dua satelit pertama Bumi tahun sebelumnya, yakni Sputnik 1 dan 2 milik Uni Soviet, yang menjadi awal Perang Dingin Seri Ruang Angkasa antar-kedua negara.

Explorer 1 diluncurkan pada 31 Januari 1958, pukul 22.48 waktu timur (sama dengan 1 Februari 03.48 UTC karena perubahan berjalannya waktu lewat tengah malam) di atas pendorong Juno pertama dari LC-26 di Cape Canaveral Missile Annex, Florida.
Ini adalah pesawat ruang angkasa pertama yang mendeteksi sabuk radiasi Van Allen. Ia tetap di orbit sampai 1970 dan telah diikuti lebih dari 90 pesawat ruang angkasa ilmiah dalam seri Explorer.

Baca Juga: Indonesia Disarankan Lockdown Seperti China dan Vietnam untuk Atasi Pandemi, Pakar: PPKM Tak Efektif

2012
Syamsul Effendi yang lebih dikenal dengan Ade Namnung (lahir di Jakarta, 10 April 1977 dan meninggal di Depok, 31 Januari 2012 pada umur 34 tahun.

Ia adalah pelawak dan presenter Indonesia. Ade dikenal sebagai salah satu pengisi acara tetap dalam acara Tawa Sutra di stasiun televisi swasta antv, bersama Steny Agustaf, Ruben Onsu, dan Fanny Fadillah.

Selain itu, Ade juga sering kali menjadi MC dalam suatu acara dan membintangi beberapa produk.***

Editor: Lucky M. Lukman

Tags

Terkini

Terpopuler