Bolehkah Kasar dalam Berdakwah? Ini Jawaban Ustadz Felix Siauw

7 Januari 2022, 17:14 WIB
Ustadz Felix Siauw menanggapi orang yang mengaku ISlam tetapi tidak percaya wajib menjalan syariat /Instagram/@felix.siauw/

GALAMEDIA – Dakwah adalah kewajiban setiap muslim. Laki-laki dan perempuan yang sudah baligh berkewajiban untuk mempelajari agama sampai memahami dengan benar.

Walaupun hanya tahu satu ayat saja dalam Alquran, kalian dapat mendakwahkannya kepada orang lain. Kepada mereka yang belum mengetahui.

Namun yang jadi pertanyaan, bolehkah kita berdakwah dengan kasar?

Dalam tayangan video yang diunggah kanal YouTube Felix Siauw pada 15 Juli 2020, Ustadz Felix Siauw menjawab pertanyaan itu dengan jelas.

“Kalau saya memandang bahwa inti dari pada dakwah itu kan asalnya "Da'a , Yad'u, Da'watan", artinya adalah mengundang, mengajak," terangnya.

Baca Juga: LINK NONTON LIVE STREAMING Persib Bandung vs Persita Tangerang, Malam ini Pukul 20.30 WIB Hanya di Indosiar

Maka ketika Allah menyampaikan di dalam Alquran, Surat An-Nahl : 125, Allah SWT mengatakan kepada orang-orang muslim, undanglah mereka, ajaklah mereka kepada jalan Tuhanmu dengan kata-kata yang baik.

Dengan sebuah hikmah yang baik dan juga sebuah nasihat yang baik atau segala sesuatu yang bersifat santun, kalau tidak bisa maka debatlah mereka dengan cara yang baik.

Ustadz Felix Siauw memberikan contoh sederhana. ”Kalau mau mengajak orang ke rumah kita, cara mengajaknya seperti apa? Apakah kita mengajak dengan marah-marah yang menyakiti hati ataukah dengan kelembutan?” katanya.

Maka dakwah itu sendiri sudah bermakna sesuatu yang terbaik yang bisa kita berikan untuk mereka.

Kalau ingin mengundang seseorang bisa jadi dengan hikmah yang baik atau dakwah bil hal, dengan perbuatan kita.

Dengan kita berperilaku baik, tidak mencuri, tidak menyakiti orang lain secara fisik, memperlakukan diri kita dengan baik, berpenampilan baik, ini adalah dakwah bil hal atau dakwah bil hikmah.

Baca Juga: Film 'Cinta Pertama, Kedua & Ketiga' Resmi Tayang di Bioskop, Begini Keseruan Kisahnya

Bisa juga dengan kata-kata pengajaran yang baik semacam tausiyah. Jadi mengajarkan pun harus dengan cara yang hasanah, dengan cara yang baik. Hasanah itu segala sesuatu yang dipahami secara universal sebagai cara yang elegan.

Kemudian walaupun harus debat, tidak boleh berdebat dengan cara yang kasar seperti yang tercantum dalam QS. An-Nahl: 125, "Dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik".

Bila bertausiyah harus dengan cara yang hasanah, berdebat pun harus dengan cara yang lebih baik lagi. Maka ketika kita melakukan itu, itulah yang dimaksud dengan dakwah.

"Jadi kalau saya secara pribadi lebih memilih untuk mengambil makna dakwah  sebagai sebuah undangan. Sehingga kalau kita mengundang orang, perlakukanlah mereka sebagai tamu undangan, bukan perlakukan mereka sebagai tawanan," ujar Ustadz Felix Siauw.

Lalu bagaimana kalau ada yang berdakwah dengan cara kasar?

Baca Juga: Momen Haru Perpisahan Gen Halilintar dan Atta-Aurel di Turki: Hujan Air Mata

“Itu mungkin bukan fase dakwah atau bukan tahapan dakwah yang sedang ia lakukan. Akan tetapi ia sedang melakukan nahi munkar yang menjadi bagian dari kewajiban seorang muslim,” jawabnya.

Nahi munkar ini bisa jadi dilakukan dengan kata-kata yang baik, seperti Nabi Musa kepada Firaun. Bisa juga dilakukan dengan cara yang tegas atau keras, seandainya memang diperlukan.

Makanya Rasulullah SAW memesankan kepada kita, "Siapapun yang melihat kemunkaran, maka ubahlah dengan tangan dia, maka kalau dia tidak mampu maka dengan lisannya, kalau dia tidak mampu maka ubahlah dengan hatinya."

Kita seorang ayah punya anak, kemudian anak kita berbuat maksiat, berarti apapun yang kita lakukan harus menghentikan dia.

Kalau misal tidak dengan kata-kata yang baik, kita bisa melarang, laranglah, kalau kita bisa berbuat tegas, berbuat tegaslah. Ini adalah dalam fase nahi munkar.

Namun dakwah adalah sebuah ajakan. Sebuah ajakan haruslah lebih mudah dipahami dan bersifat persuasif.***

Editor: Lucky M. Lukman

Tags

Terkini

Terpopuler