Seni Wayang Golek Awali Pergelaran Seni di YPK

29 Mei 2022, 17:10 WIB
Seni Wayang Golek Awali Pergelaran Seni di YPK, Jumat, 27 Mei 2022 malam./Kiki Kurnia/Galamedia /

GALAMEDIA - Pergelaran Wayang Golek di Gedung YPK (PPK) Jalan Naripan Bandung pada Jumat, 27 Mei 2022 malam, menjadi menjadi dibukannya keran berkesenian di Kota Bandung.

Seperti diketahui, lebih dari dua tahun pergelaran kesenian baik tradisi maupun modern dilarang oleh pemerintah baik di Kota Bandung dan Jawa Barat, maupun secara nasional karena Pandemi Covid-19.

Selama pandemi Covid-19, para seniman dan budayawan hampir tidak bisa "nabeuh" mencari rezeki untuk dirinya sendiri, keluarga maupun orang lain.

Namun kebanyakan seniman budayawan tidak mau berpangku tangan hanya memgharapkan bantuan darinorang lain. Banyak dari mereka tetap kreatif menghasilkan karya yang inovatif di tengah ketidakpastian.

Baca Juga: Terbaru Kabar Gary Iskak, Penepatan Tersangka Kasus Narkoba Tunggu Assesment BNNa

Platform digital menjadi pilihan para seniman dan budayawan untuk mengaplikasikan karya-karyanya agar bisa diapresiasi publik.

Namun keberadaan dunia digital sebagai ruang ekspresi ternyata belum bisa memberikan kenyamanan dan daya dongkrak mengangkat sebuah kesenian dan kebudayaan di hadapan publik, atau dalam bahasa Sundanya tidak ada aweuhan jeung komarana.

Para seniman dan hudayawan tetap berharap bisa mentas dihadapan publik (masyarakat) sebagai ekspresor sehingga memiliki dangiang dan daya magis tersendiri.

Menyikapi hal tersebut, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat melalui UPTD Taman Budaya Jabar mementaskan pergelaran seni wayang golek semalam suntuk di Gedung YPK Bandung.

Malam itu Ki Dalang Gaos S.A. Sukmanajaya dari Lingkung Seni Gentra Siloka Kabupaten Sumedang dipercaya mitembeyan pergelaran seni tradisi di UPT Taman Budaya.

Mendapat keperayaan itu, Ki Dalang Goas menampilkan judul Trigantalpati, sebuah judul dari kisah Mahabarata. Judul ini menceritakan Raja Astina Duryudana berrsama 99 saudaranya (Kurawa) berhasrat ingin menguasai Kerajaan Amarta (Pandawa).

Baca Juga: TERBANYAK di Indonesia, Tasikmalaya Catat Lansia Tunggal Hingga Puluhan Ribu Jiwa

Untuk bisa menguasai Kerajaan Amarta, Raja Astina meminta bantuan pada pengagung kerajaa seperti Sangkuni, Resi Dorna, Resi Bisma dan lainnya. Disepakatinya mereka menggunakan jasa Trigantalpati seorang kesatria sakti mandraguna untuk membinasakan para Pandawa.

Singkat cerita, Pandawa hampir bisa ditaklukan oleh Trigantalpati, termasuk para kesatria andalan Amarta, seperti Abimanyu, Jakatawang, Anterja maupun Gatotkaca.

Namun para Pandawa yang dikenal kena lara ora kena pati, selalu mendapat pertolongan dari para dewa melalui perantara manusia yang merupakan penjelmaan dari dewa kemanusiaan, yakni Semar Badranaya. Sehingga Pandawa bisa diselamatkan dari rencana jahat para Kurawa

Sebelum pergelaran wayang golek, diawali dengan dialog kebudayaan yang menampilkan Kepaka UPT Taman Budaya Jabar Erick Henriana, pengamat seni budaya Javar dan Dosen ISBI Subendi Apriyanto serta pembicara dari RRI Bandung, serta Ki Dalang Gaos.

Sebagai perwakilan dari pemerintah, Erick Henriana menyebutkan Pemprov Jabar telah menyediakan fasilitas ruang-ruang publik untuk berkesenian, seperti Gedung YPK, Gedung Rumentangsiang, Rumah Angklung, Taman Budaya serta ruang publik lainnya.

"Silahkan pergunakan ruang - ruang publik tersebut untuk berkesenian dan berkebudayaan oleh para seniman dan budayawan," ujarnya.

Baca Juga: Kapan Hasil Tes TKD dan Core Values BUMN Diumumkan? Cek Jadwal Lengkapnya di Sini!

Pembukaan ruang publik tersebut ditanggapi oleh Suhendi. Ia memgapresiasi apa yang dilakukan oleh pemerintah untuknpara seniman budayawan. Namun alangkah baiknya pembukaan ruang publik itu dibarengi dengan insentif bagi para seniman dan budsyawan dalam menghasilkan karya.

"Selama dua tahun para seniman budayawan vakum tak berkesenian, sehingga mereka tidak memiliki dana. Untuk mementaskan sebuah karya diperlukan proses yang cukup panjang dan dana yang besar. Tidak mungkin para seniman berkarya hanya dengan idealisme saja," terangnya.

Suhendi pun menyebutkan, jika keberadaan dunia digital sedikit banyak bisa membantu seniman budayawan untjk memperlihatkan karyanya kepada publik, walaupun aweuhannya tidak bisa seperti yang diharapkan. Selain itu, hanya bagi para senjman budayawan yang memiliki modal dan pengetahuan modern yang bisa memperlihatkan karya - karyanya kepada publik lewat dunia digital atau media sosial.

"Bagaimana dengan senjman budayawan tradisional yang tidak memiliki modal dan pengetahuan tentang dunia digital? Mereka tetap terbelakang dan tidak bisa bersaing," tambahnya.

Hal tersebut diamni oleh Ki Dalang Gaos. Menurutnya, para seniman dan budayawan tradisi lebih senang bisa berkarya dan mementaskannya langsung dihadapan publik, ketimbang melalui medsos.

"Walaupun sebenarnya dunia digital (medsos) harus dikuasai juga agar tidak ketinggalan zaman. Namun untuk saat ini, kami butuh ruang publik agar bisa manggung dihadapan masyarakat untuk mengembalikan rasa percaya diri dan kepercayaan dari publik yang sempat hilang selama dua tahun akibat Pandemi Covid-19," jelasnya.

"Ber kami ruang dan waktu untuk berkarya dengan kreatif dan diapresiasi masyarakat. Jangan paksa kami bermain dengan dunia digital, walaupun harus dikuasai," tegas Ki Dalang.***

Editor: Lucky M. Lukman

Tags

Terkini

Terpopuler