Ditemukan Utuh Setelah 99 Juta Tahun, Tawon Cuckoo Ternyata Tak Berubah Sejak Zaman Dinosaurus

3 Juli 2020, 10:37 WIB
galamedianews.com /galamedianews.com

GALAMEDIA - Bahkan setelah 99 juta tahun, beberapa hal tidak pernah berubah.
Tawon cuckoo salah satunya. Siluet hijau metalik di punggungnya ternyata sama persis seperti moyangnya yang hidup bersama dinosaurus 99 juta tahun yang  lalu.

Dikutip Galamedianews dari DailyMail, Jumat (3 Juli 2020) fakta tadi terungkap dari penelitian pada erangga yang secara menakjubkan terawetkan  dalam getah damar.

Baca Juga: Korban Tewas dalam Longsor Tambang Batu Meningkat Jadi 162 Orang

Spesimen yang berasal dari Myanmar tersebut,  termasuk kumbang, semut dan lalat  sebagian besar mampu mempertahankan warna yang sudah dikenali pada zaman dinosaurus.

Sebagian besar fosil kehilangan warna seiring waktu dan petunjuk struktural anatomi biasanya tidak terlestarikan. Itu sebabnya sebagian besar rekonstruksi fosil sangat bergantung pada imajinasi seniman.

Baca Juga: Uji 78 Ribu Sampel dalam Tiga Bulan, Rasio PCR Jabar sama dengan Jerman

"Getah damar kali ini berasal dari pertengahan zaman Kapur (mid-Cretaceous), sekitar 99 juta tahun atau masa keemasan dinosaurus," papar  penulis makalah dan palaeoentomolog Chenyang Cai dari Akademi Ilmu Pengetahuan Tiongkok.

“Ini pada dasarnya resin yang diproduksi oleh pohon konifer kuno yang tumbuh di lingkungan hutan hujan tropis. Hewan dan tumbuhan yang terperangkap dalam resin tebal ini terawetkan, beberapa dengan tampilan fisik seperti hidup.”

Baca Juga: Jadi Safety Car Balap Dunia, Ini Kelebihan Honda Civic Type R Limited Edition

Warna-warna yang diperlihatkan hewan dapat memberikan petunjuk tentang perilaku dan ekologi mereka, seperti bagaimana mereka melarikan diri dari pemangsa atau menarik calon pasangan.

Cai dan rekannya telah mengumpulkan 35 keping ambar dengan ‘serangga indah’ yang terawetkan. Di antaranya tawon, kumbang, dan lalat dari tambang ambar yang berlokasi di Myanmar Utara.

Baca Juga: Solusi Sistematis LGBT

Beberapa dari hewan merayap kuno yang terawetkan dan hidup berdampingan dengan dinosaurus temuan kali ini tampaknya mempertahankan warna aslinya. "Fosil-fosil langka kali ini termasuk tawon cuckoo dengan warna kebiruan metalik, hijau kekuningan, biru keunguan atau dengan warna hijau di kepala, dada, perut dan kaki," katanya.

Cai menambahkan, “Dari segi warna, mereka hampir sama dengan tawon cuckoo yang hidup hari ini.” Sementara itu, kumbang memiliki tubuh berwarna biru dan ungu, sedangkan lalat tentara berwarna hijau metalik gelap.

Baca Juga: Hari Ini Berusia 100 Tahun, Berikut Sejarah Singkat Institut Teknologi Bandung

"Kami telah melihat ribuan fosil ambar tetapi pelestarian warna pada spesimen ini luar biasa," kata penulis makalah dan palaeobiolog Diying Huang tersebut.

Tim berharap bisa memahami mengapa warna pada beberapa fosil mampu bertahan tetapi tidak pada yang lainnya. Juga apakah warna hewan  berubah dari waktu ke waktu. Dengan menggunakan pisau berlian, mereka berencana memotong kerangka luar dua tawon multiwarna dan mengambil sampel rambut.

Baca Juga: Mengenal Korps Brimob dan Kesetiaan Sepanjang Masa untuk NKRI

"Jenis warna yang terawetkan dalam fosil ambar disebut warna struktural, yang disebabkan oleh struktur mikroskopis dari permukaan hewan," jelas penulis dan ahli paleontologi Yanhong Pan. ‘Struktur nano permukaan menyebarkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu dan menghasilkan warna yang sangat intens.”

"Mekanisme ini berujung pada banyaknya warna yang kita tahu dari kehidupan sehari-hari," tambah Pan. Para peneliti menggunakan mikroskop elektron untuk membuktikan  eksoskeleton serangga memang menyebarkan cahaya.

Baca Juga: Klasemen Liga Spanyol : Real Madrid Unggul 4 Poin dari Barcelona

Ini berarti bahwa fosil-fosil tersebut telah terawetkan dengan sangat baik dan bahwa warna yang terlihat pada mereka kemungkinan tetap sama sejak zaman Kapur.

“Tawon cuckoo yang masih ada, seperti namanya merupakan parasit yang bertelur di sarang lebah dan tawon,” kata Cai. “Pewarnaan struktural telah terbukti berfungsi sebagai kamuflase pada serangga, jadi sangat mungkin warna tawon Cretaceous mewakili adaptasi untuk menghindari deteksi.”

Baca Juga: Kudeta The Fab Four, Gulung Tim Juara 4-0 Manchester City Langsung Bully Liverpool

"Saat ini kami juga tidak bisa mengesampingkan kemungkinan bahwa warna memainkan peran lain selain kamuflase, seperti termoregulasi," pungkasnya. Temuan lengkap dari penelitian ini diterbitkan dalam jurnal Proceedings of the Royal Society B.***

Editor: Mia Fahrani

Sumber: Daily Mail

Tags

Terkini

Terpopuler