GALAMEDIANEWS - Jika anak sudah masuk fase bersosialisasi kemudian terjadi ‘’konflik’’ dengan teman sebayanya, kita perlu mengajarkan anak minta maaf. Namun, pastikan untuk minta maaf yang tulus, berikut tipsnya!
Konflik antara balita bisa dibilang hal yang wajar. Selama masih dalam kondisi kondusif, kita sebagai orang tua tidak perlu ikut campur.
Namun, walaupun begitu, kita perlu mengajarkan mereka tentang caranya meminta maaf pada teman ketika melakukan kesalahan.
Dampak Buruk Memaksa Anak Minta Maaf
Perlu digaris bawahi, ketika mengajarkan meminta maaf ini, jangan pernah paksa mereka karena akan berdampak buruk pada anak, seperti:
1. Tidak pernah tulus meminta maaf
Karena dia merasa tak bersalah dan tidak tahu alasannya untuk minta maaf. Anak akan berpikir cara menyelesaikannya adalah dengan kata maaf saja yang berpotensi kemudian hari diulangi kembali.
Baca Juga: 3 SMA di Cirebon Jawa Barat yang Masuk Top 1000 Sekolah Terbaik se-Indonesia
2. Menjadi pendendam
Minta maaf bukan menyelesaikan masalah, tapi juga harus meredam amarah. Ketika dia dipaksa minta maaf tanpa kita beberkan kesalahannya dan merasa tidak adil, ia akan tumbuh menjadi pendendam.
Ketika sudah mereda, ia akan menunggu kesempatan untuk balas dendam
3. Kekerasan adalah jalan keluar
Dia akan berpikir minta maaf adalah sebuah formalitas. Masalah itu hanya selesai dengan kekerasan. Jika ini dibiarkan di kemudian hari anak akan menjadi pelaku pembullyan.
4. Menjadi agresif dan tidak empati
Karena tidak diajarkan meminta maaf yang sebenarnya, ia akan bersikap defensif dan agresif. Anak enggan meminta maaf dan menyalahkan orang lain. Selain itu, ia akan bersikap tidak empati pada orang-orang disekitarnya.
Cara Tepat Mengenalkan Minta Maaf yang Tulus
1. Mendengarkan keluhan anak
Ketika anak berbuat salah, jangan langsung memarahi anak. Beri waktu anak apa yang sebenarnya terjadi. Dengarkan masalah dari sudut pandangnya.
Setelah itu berikan pemahaman bahwa meminta maaf tidak selalu berasal dari orang yang melakukan kesalahan. Tetapi, minta maaf akan membuat hati tenang dan lapang.
Baca Juga: Soal Remisi di Hari Kemerdekaan 17 Agustus 2023 Bagi Narapidana, Ini kata Kakanwil Kemenkumham Jabar
2. Jangan memaksa meminta maaf
Anak-anak harus sadar ia telah melakukan kesalahan. jika memaksa, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, akan berdampak buruk pada anak.
3. Tumbuhkan sifat empati
Jika anak memukul temannya kemudian menangis, katakan padanya, bagaimana jika kakak atau adik yang dalam posisi tersebut? Maukah seperti itu? Maukah dipukul juga? berikan pertanyaan yang bisa membuatnya ‘’berpikir’’ dan merenung tentang apa dampak dari apa yang dilakukannya.
4. Perkenalkan berbagai cara meminta maaf
Orang tua bisa memberikan pilihan pada anak untuk minta maaf. Tidak lewat kata-kata, tetapi lewat tindakan seperti misalnya mengganti mainan temannya, bersalaman, lewat video call, berbagi makanan, dan lain sebagainya.
Baca Juga: Nonton Sugar Apple Fairy Tale Part 2 Episode 5 Sub Indo RESMI TERBARU Selain Otakudesu dan Anoboy
5. Ajarkan minta maaf dengan bahasa tubuh
Sebuah Penyesalan tidak hanya diungkapkan dengan verbal. Tetapi juga bisa dilakukan dengan nonverbal. Seperti memeluk, merangkul, atau bersalaman.
Lewat Bahasa tubuh tersebut, merupakan langkah awal anak untuk mengenal dan mengetahui kesalahannya sambil belajar empati pada orang lain.
6. Memberikan contoh langsung
Jika Ayah Bunda melakukan sebuah kesalahan, biarkan anak melihat dan mendengar orang tuanya mengucapkan kata ‘’maaf’’ kepada dirinya atau orang lain.
Dari contoh langsung tersebut, anak bisa belajar bahwa meminta maaf bukan sesuatu yang akan membuatnya malu tetapi menunjukkan sikap ‘’berani’’ dan berlapang dada ketika berbuat salah.
Setelah anak melakukan salah satu hal di atas, berikan apresiasi pada anak ketika ia meminta maaf.
Bagi anak, hal tersebut adalah sesuatu yang baru dan ketika dikerjakan ia memiliki kebanggan tersendiri. Maka, apresiasilah dengan cara memujinya atau memberinya hadiah.
Nah, itulah dia tips mengajarkan anak minta maaf dengan tulus. Semoga Anak tumbuh dengan baik dan selalu berempati pada orang-orang di sekitarnya.***