17 September: Hari Palang Merah Indonesia Hingga Tewasnya Gembong Teroris Noordin M Top

17 September 2020, 08:33 WIB
Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI), Jusuf Kalla. Tanggal 17 ditetapkan sebagai hari PMI. /Instagram Jusuf Kalla


GALAMEDIA - Di berbagai belahan dunia, banyak peristiwa penting terjadi pada tanggal 17 September, dari tahun ke tahun. Tak sedikit dari peristiwa itu menjadi catatan sejarah penting bagi perjalanan hidup manusia.

Berikut sejumlah peristiwa penting di tanggal 17 September, yang dirangkum Galamedia dari wikipedia.org:

Baca Juga: Diskon Harga BBM Pertalite Diperluas di Wilayah Jawa Hingga Sumatera

1811
Perang antara pasukan Britania Raya (Inggris) dengan Belanda terjadi di seluruh Pulau Jawa pada rentang waktu 1810-1811. Inggris memenangkan perang dengan merebut Pulau Jawa dari Belanda.

Perang berawal saat Gubernur Jendral Hindia Belanda, Herman Willem Deandels melakukan penguatan terhadap wilayah Pulau Jawa guna mengantisipasi serangan dari Inggris.

Saat itu, Gilbert Elliot pemilik perusahaan Hindia Timur Britania merebut sejumlah pulau. Bersama pasukannya, Gilbert berangkat ke Jawa dan merebut kota pelabuhan Batavia hingga memaksa pihak Belanda menyerah di Semarang.

Letnan Gubernur Jawa yang dilantik, Thomas Stamfors Raffles mengakhiri metode pemerintahan Belanda, membebaskan sistem kepemilikan tanah, dan memperluas perdagangan.

Pada Kongres Wina 1815, diputuskan bahwa Inggris harus mengembalikan Jawa dan kekuasaan Hindia Belanda lainnya kepada Belanda sebagai bagian dari persetujuan yang mengakhiri Perang Napoleon.

Baca Juga: Jadwal Acara TV Hari Ini, Kamis 17 September 2020 di INews, RCTI, dan Kompas TV

1945
Palang Merah Indonesia (PMI) didirikan tepat pada 17 September 1945. Organisasi perhimpunan nasional di Indonesia yang bergerak dalam bidang sosial kemanusiaan ini diketuai pertama kalinya oleh M Hatta yang juga merupakan Wakil Presiden Republik Indonesia.

Berdirinya Palang Merah di Indonesia sebetulnya sudah dimulai sebelum Perang Dunia II, tepatnya 12 Oktober 1873. Pemerintah Kolonial Belanda mendirikan Palang Merah di Indonesia dengan nama Nederlandsche Roode Kruis Afdeeling Indie (Nerakai) yang kemudian dibubarkan pada saat pendudukan Jepang.

Perjuangan mendirikan Palang Merah Indonesia (PMI) diawali 1932. Kegiatan tersebut dipelopori Dr. Senduk dan Dr. Bahder Djohan dengan membuat rancangan pembentukan PMI.

Proses pembentukan PMI kemudian dimulai kembali pada 3 September 1945. Saat itu, Presiden Soekarno memerintahkan Dr. Boentaran (Menkes RI Kabinet I) agar membentuk suatu badan Palang Merah Nasional.

Dibantu panitia lima orang yang terdiri dari Dr. R. Mochtar sebagai Ketua, Dr. Bahder Djohan sebagai Penulis dan tiga anggota panitia yaitu Dr. R. M. Djoehana Wiradikarta, Dr. Marzuki, Dr. Sitanala, Dr Boentaran mempersiapkan terbentuknya Palang Merah Indonesia.

Tepat sebulan setelah kemerdekaan RI, 17 September 1945, PMI terbentuk. Peristiwa bersejarah tersebut hingga saat ini dikenal sebagai Hari PMI.

Baca Juga: Kabar Duka, Sejarawan Betawi Alwi Shahab Wafat di Usia 84 Tahun

1978
Perjanjian Perdamaian Camp David ditandatangani pada 17 September 1978 di Gedung Putih, Amerika Serikat. Perjanjian ini diselenggarakan untuk perdamaian di Timur Tengah.

Presiden Amerika Serikat saat itu, Jimmy Carter memimpin perundingan rahasia yang berlangsung selama 12 hari antara Presiden Mesir Anwar Sadat dan Perdana Menteri Israel Menachem Begin.

Perjanjian Camp David diambil dari nama tempat peristirahatan milik para presiden AS, Camp David, di Frederick County, Maryland. Perjanjian ini juga melahirkan Perjanjian Damai Israel-Mesir pada tahun 1979.

Baca Juga: Jadwal Acara TV Hari Ini, Kamis 17 September 2020 di Trans 7 dan Trans TV

1979
Utuy Tatang Sontani lahir di Cianjur, 1 Mei 1920 dan meninggal di Moskwa, 17 September 1979 pada umur 59 tahun. Ia adalah seorang sastrawan Angkatan 45 terkemuka.

Karyanya yang pertama adalah Tambera (versi bahasa Sunda 1937) sebuah novel sejarah yang berlangsung di Kepulauan Maluku pada abad ke-17.

Novel ini pertama kali dimuat dalam koran daerah berbahasa Sunda Sipatahoenan dan Sinar Pasundan pada tahun yang sama.

Setelah itu Utuy menerbitkan kumpulan cerita pendeknya, Orang-orang Sial (1951), yang diikuti oleh cerita-cerita lakonnya yang membuatnya terkenal.

Lakon pertamanya (Suling dan Bunga Rumahmakan, 1948) ditulis sebagaimana lakon ditulis, tetapi selanjutnya ia menemukan cara menulis lakon yang unik, yang bentuknya seperti cerita yang enak dibaca.

Di antara lakon-lakonnya yang terkenal adalah Awal dan Mira (1952), Sajang Ada Orang Lain (1954), Di Langit Ada Bintang (1955), Sang Kuriang (1955), Selamat Djalan Anak Kufur (1956), Si Kabajan (1959), dan Tak Pernah Mendjadi Tua (1963).

Baca Juga: Akui Kalah Kuat dari China, Amerika Serikat Klaim Mampu Unggul Setelah 25 Tahun ke Depan

2009
Noordin Mohammad Top, sosok yang dikenal sebagai gembong teroris, tewas pada 17 September 2009 di Jebres, Surakarta, Jawa Tengah.

Noordin dianggap orang yang paling bertanggung jawab atas serentetan peristiwa teror di Indonesia.

Noordin tewas setelah diterjang oleh peluru panas Densus 88 Polri. Noordin tewas setelah digerebek oleh polisi di sebuah rumah kontrakan di Jebres.

Penggerebekan di tempat persembunyian Noordin M Top tersebut berlangsung dramatis.***

Editor: Lucky M. Lukman

Tags

Terkini

Terpopuler