Bermimpi Bertemu Rasulullah, Tak Pantas Diumbar, Ini Pemahaman dan Penjelasan Haditsnya

- 23 Desember 2020, 12:34 WIB
Pemahaman Hadist BErtemu Rasulullah. Foto Ilustrasi
Pemahaman Hadist BErtemu Rasulullah. Foto Ilustrasi /PIXABAY/Abdullah Shakoor

Berikut beberapa hadits yang memiliki tema serupa tentang “mimpi bertemu nabi”
من رآني في المنام فقد رأى الحق ... (رواه الشيخان و غيرهما
من رآني في المنام فسيراني في اليقظة ... (رواه الشيخان و غيرهما
من رآني في المنام في المنام لكأنما رآني ... (رواه مسلم و أبو داود

Baca Juga: Dzikir Pagi dengan Asmaul Husna: Al Mubdi, Al Mu’id, dan Al Muhyi, Semoga Hidup Kita Berkah

Hadits-hadits di atas dinilai shahih. Arti hadits-hadits yang disebut di atas.
Barang siapa yang melihatku dalam mimpi, maka sungguh ia telah melihat yang sebenarnya.
Barang siapa yang melihatku dalam mimpi, maka ia akan melihatku dalam keadaan terjaga.
Barang siapa yang melihatku dalam mimpi, maka seolah-olah ia melihatku.

Dikutip dari kitab ‘Aridlatul Ahwadzi Syarh Shahihit Tirmidzi karya Ibnul ‘Arabi Al-Maliki disebutkan dalam At-Thuruqus Shahihah fi Fahmis Sunnatin Nabawiyah tentang redaksi hadits shahih tentang tema “mimpi bertemu nabi”.

قال الإمام ابن العربي المالكي في كتاب عارضة الإحوذي شرح صحيح الترمذي م نصه: "أنّ أحاديث الرؤية تتكون من أربعة ألفاظ صحاح" و هي
"... فسيراني في اليقظة"
"...فقد رأى الحق"
"...فقد رأني في اليقظة"
"...لكأنما رآني في اليقظة"

Baca Juga: Hiduplah, Cintailah, dan Beramalah Sesuka Hatimu, Maka Allah Akan Memberi Balasan Ini

Dari sekian redaksi yang disebut di atas, tanpa mengabaikan banyak sekali riwayat lainnya, maka redaksi hadits yang paling bisa dipahami kerancuan baik secara makna maupun rasio adalah hadits keempat.

Artinya, “Barangsiapa yang melihatku dalam mimpi, maka seolah-olah ia melihatku saat terjaga.”

KH Ali Mustafa Yaqub melanjutkan, hadits ini berkonteks pada masa sahabat saat mereka masih bisa melihat nabi sehari-hari. Jika seorang dari mereka bermimpi berjumpa nabi, tentu saja seolah mereka berjumpa sebagaimana keadaan sehari-hari bersama Rasulullah.

Maka Nabi Muhammad SAW yang telah wafat, tentu saja tidak akan kembali hidup lagi. Secara rasional, maka pemahaman hadits tersebut tidak cocok untuk umat Muslimin sekarang, karena selain nabi telah wafat, juga kaum Muslim sekarang tidak pernah bersua dengan nabi.

Halaman:

Editor: Hj. Eli Siti Wasilah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah