Taat pada Allah dan Rasul-Nya, Wujud Nyata Cinta yang Hakiki

- 4 Februari 2021, 21:28 WIB
Ilustrasi kaum muslim sedang melaksanakan shalat id./Rayn L /Pexels
Ilustrasi kaum muslim sedang melaksanakan shalat id./Rayn L /Pexels /

GALAMEDIA – Cinta merupakan sebuah ekspresi rasa yang ditujukan terhadap suatu hal karena memiliki kecenderungan terhadapnya.

Namun cinta itu mempunyai berbagai jenis dilihat dari hal yang mendasarinya.

Di dalam islam, cinta (al-hubb) adalah bagian dari fitrah manusia sebagai makhluk Allah. Pada manusia terdapat tiga jenis naluri.

Baca Juga: Anak Buah Sri Mulyani Bantah Besaran Insentif untuk Nakes Covid-19 Dipangkas Hingga 50 Persen

Yan S. Prasetiadi dan Wahyu Ichsan (2014) dalam buku Studi Islam Paradigma Komprehensif menyebutkan, tiga jenis naluri diantaranya gharizah baqa' (naluri mempertahankan diri), gharizah nau' (naluri kasih sayang), dan gharizah tadayyun (naluri beragama).

Kecintaan manusia pada sesuatu merupakan bagian dari naluri kasih sayang.

Artinya secara fitrah manusia memang memiliki rasa kasih sayang, perduli, ingin menikah, punya anak, cemburu, dan lainnya.

Akan tetapi semua kecintaan itu haruslah didasari karena cinta kepada Allah dan Rasul. Maknanya patuh dan taat dalam segala bentuk perbuatan sesuai dengan al-qur’an dan as-sunnah.

Baca Juga: Akibat Posting Ini di Instagram, Asisten Shin Tae-yong Minta Maaf Kepada PSSI

"Ikatan iman yang paling kuat adalah: loyalitas kepada Allah dengan mencintai dan membenci karena Allah." (HR. al-Hakim dan ath-Thabrani)

Al-Hafidz Ibnu Rajab al-Hanbali dalam Jami' al-'Ulum wa al-Hakim menegaskan bahwa pertanda manisnya iman seseorang yaitu manakala dia mencintai orang lain semata-mata karena Allah.

Maka kaum muslim yang mendasari cintanya hanya karena Allah akan mendapat ganjaran pahala. Rasulullah pun bersabda:

"Ada tujuh golongan yang akan dinaungi Allah di bawah naungan-Nya, pada hari yang tidak aada naungan kecuali naungan-Nya: …dua orang yang saling mencintai karena Allah, keduanya berkumpul dan berpisah karena Allah..." (HR. Muttafaq 'alayh)

Baca Juga: UN dan Ujian Kesetaraan Resmi Ditiadakan, Inilah 3 Syarat Kelulusannya

Imam Ibnu Baththal dalam Syarh Shahih al-Bukhari menjelaskan makna hadits tersebut yakni dorongan saling mencintai karena Allah dan saling menolong dalam kebaikan serta ketakwaan, juga dalam hal yang membuahkan kenikmatan yang abadi (jannah).

Kaum muslim dilarang oleh Allah untuk mencintai segala sesuatu bukan berdasarkan ketaatannya kepada Alquran dan as-sunnah. Karena kelak akan Allah tanya di akhirat mengenai keloyalan kita kepada Allah selama hidup di dunia.

"Sungguh kelak pada Hari Kiamat Allah berfirman: Di mana orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku? Pada hari ini Aku akan memberikan naungan kepada mereka dalam naungan-Ku saat tidak ada naungan kecuali naungan-Ku." (HR. Muslim dan Ahmad)

Baca Juga: Terduga Teroris JAD Sulawesi Dibawa ke Cikeas, Brigjen Rusdi: 19 Orang Anggota FPI Makassar

Oleh karena itu kecintaan kepada islam harus dibuktikan dengan ketaatan serta kepatuhan kepada Allah dan Rasul-Nya, bukan melakukan berbagai kemaksiatan bahkan menolak perintah-Nya.

"Katakanlah: 'Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku (Muhammad), niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu'. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (TQS. Ali Imran: 31)***

Editor: Lucky M. Lukman


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x