#SayangiMentalmu Tolak Toxic Positivity, Bahaya Pura-pura Bahagia

- 6 September 2021, 12:05 WIB
Ilustrasi Senyum
Ilustrasi Senyum /Pixabay

Temuan ini menunjukkan bahwa mengungkapkan perasaan dapat membuat orang tidak lagi terseret atau tenggelam dalam rasa yang dipicu beragam emosi.

Baca Juga: Haikal Hassan Ungkap 5 Ciri Pembenci Habib, Salah Satunya Hobi Nonton Porno, Warganet: HRS? Rocky Gerung?

- Mengenali emosi negatif sebagai hal yang normal dan merupakan bagian penting dari pengalaman manusia

- Mengidentifikasi dan mengakui emosi, bukan menghindarinya

- Membicarakan emosi yang tengah dirasakan pada orang yang paling dipercaya, termasuk perasaan negatif

- Mencari dukungan dari orang yang tidak menghakimi, seperti teman terdekat atau terapis

Berikut tindakan yang bisa dilakukan agar kita tidak menjadi agen toxic positivity:

- Mendorong orang untuk berbicara secara terbuka tentang emosi mereka

- Menerima emosi negatif, tidak menekan,mengabaikan atau menguburnya

- Menghindari “refleks” untuk selalu memberikan respons positif terhadap semua yang dikatakan orang lain

- Mengenali bahwa emosi negatif yang intens seringkali bersisian dengan emosi positif yang juga kuat. Contohnya kesedihan yang mendalam sesungguhnya menandakan cinta yang intens.

Baca Juga: Ursula Corbero dan Sekilas Perjalanan Kariernya, Pemeran Tokyo dalam Money Heist

Reminders:  

Toxic positivity mendorong orang untuk mengabaikan emosi yang sulit, sekaligus berpotensi mengintensifkan kekuatan perasaan yang diabaikan.

Meskipun berpikir positif memiliki beberapa manfaat, tidak ada seorang pun yang bisa berpikir positif sepanjang waktu.

Memaksa seseorang untuk hanya mengekspresikan emosi positif dapat menghambat kemampuan berkomunikasi dan membuat tertekan  karena merasa bersalah memiliki pikiran negatif.***

Halaman:

Editor: Mia Fahrani

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x