Kisah Nabi Khidir dan Keberkahan Ibadah hingga Tujuh Turunan, Sampai Nabi Musa Ingin Belajar Kepadanya

- 4 Oktober 2021, 11:06 WIB
Ilustrasi.
Ilustrasi. /Pexels/ RODNAE Productions



GALAMEDIA - Dalam Islam, terdapat 25 nabi yang waji diketahui. Salah satunya yaitu Nabi Khidir.

Perlu diketahui, Nabi Khidir ternyata "guru" Nabi Musa. Setidaknya itu yang sering dikisahkan oleh para ustaz dan kiai.

Situs resmi Nahdlatul Ulama menulis, dalam sebuah perjalanan Nabi Musa sampai tiga kali mempertanyakan perbuatan Nabi Khidir yang dinilainya melanggar syariat Allah.

Pada akhir perjalanannya, Nabi Khidir menjelaskan perihal perbuatannya tersebut.

Salah satu perbuatan yang dipertanyakan tersebut adalah mana kala Nabi Khidir membangun sebuah rumah yang hampir roboh di sebuah desa.

Baca Juga: Sejarah Singkat TNI, Dari Zaman BKR, TKR, ABRI, Hingga Penghapusan Dwi Fungsi

Nabi Musa mengusulkan kepada Nabi Khidir untuk meminta upah kepada penduduk desa atas kesediaannya menegakkan kembali dinding rumah yang hampir roboh itu.

Padahal sebelumnya ketika kedua nabi itu memasuki desa tersebut dan meminta makanan kepada penduduknya mereka menolak memberi makanan tersebut.

Dalam hal ini Nabi Khidir menjelaskan sebagaimana direkam oleh Al-Qur’an dalam Surat al-Kahfi ayat 82:

“Adapun tembok rumah yang hampir roboh itu adalah milik dua anak yatim di desa itu di mana di bawahnya terdapat simpanan harta bagi keduanya. Orang tua kedua anak itu adalah orang yang saleh. Maka Tuhanmu berkehendak keduanya mencapai dewasa dan akan mengeluarkan harta simpananya.”

Baca Juga: Ini Resep Sambal Matah dengan Kesegaran yang Hakiki Bikin Makan Lahap

Imam Ibnu Katsir dalam kitab Tafsir Al-Qur’anul ‘Adhim menjelaskan bahwa kedua anak yatim itu dijaga sebab kesalehan orang tuanya dan tidak disebutkan kesalehan kedua anak itu.
Antara kedua anak yatim dan orang tua yang saleh itu ada selisih tujuh generasi leluhur.

Jadi yang dimaksud “orang tua yang saleh” pada ayat tersebut adalah kakek pada generasi urutan ketujuh dari anak yatim tersebut, bukan orang tua yang melahirkan keduanya.

Ayat tersebut juga menunjukkan bahwa seorang yang saleh akan dijaga keturunannya dan keberkahan ibadahnya akan meliputi mereka di dunia dan akhirat.

Dengan syafaatnya di akherat kelak keturunannya akan diangkat derajatnya di surga hingga derajat tertinggi sehingga bisa menjadi kebanggaan bagi orang yang saleh tersebut.

Dalam hal ini Tajudin Naufal dalam Hadiqatul Auliya’-nya mengatakan, bila ketakwaan kakek yang ketujuh saja dapat memberikan kemanfaatan bagi keturunannya yang ke tujuh, lalu bagaimana pendapat kita dengan ketakwaan orang tua kandung?

Baca Juga: Cuma di Sini Kata-kata Punya Jenis Kelamin, Laki-laki dan Perempuan Bicara dengan Bahasa Berbeda

Tak dapat disangkal, pohon yang baik pasti berbuah baik. Orang yang memakannya tak akan berhenti dan tetap kekal kebaikannya dengan izin Allah Ta’ala.

Dari inilah banyak para ulama yang menganjurkan kepada para orang tua untuk terus giat dan istiqamah dalam beribadah. Karena keberkahan ibadah itu tidak hanya akan dinikmati oleh diri sendiri tapi juga oleh anak-anak keturunannya baik di dunia maupun di akherat kelak.***

Editor: Brilliant Awal


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x