Semakin populer, wajit selalu ada dalam hidangan perkumpulan masyarakat.
Namun, perkumpulan tersebut dicurigai oleh Pemerintah Kolonial sebagai gerakan persatuan.
Karena wajit yang menjadi hidangan pada perkumpulan tersebut, Kolonial melarang peredaran wajit.
Menurutnya wajit untuk “menak” atau kalangan atas tidak cocok untuk masyarakat biasa.
“Akhirnya datanglah ke Ibu Irah, dan melarang membuat wajit, alasannya wajit tidak cocok untuk masyarakat bawah, makanan ini untuk masyarakat menengah ke atas,” tutur Syamsul.
Otomatis pasca peringatan tersebut, masyarakat banyak yang ketakutan membeli wajit.
Namun dengan kengototan Irah yang tetap ingin memasarkan wajit, Ia mengakali dengan menjual secara sembunyi-sembunyi.
“Misalkan, kalau ada yang membeli sampai dianterin. Pokoknya tanggung jawab bu Irah kalau ada yang ketahuan, soalnya menurutnya itu cuman peringatan saja,” ucapnya.
Berkat kengototan dari Irah tersebut, akhirnya pemerintah kolonial memperbolehkan dan akhirnya wajit dikenal banyak orang hingga sampai saat ini.