Fear of Missing Out atau FOMO, Apa itu? Buat Penderitanya Nggak Mau ‘Tertinggal’ Simak Penjelasan Ilmiahnya

- 15 Maret 2023, 13:54 WIB
FOMO (Fear of Missing Out) gejala kecemasan sosial yang membuat penderitanya nggak mau ketinggalan informasi, berita, atau trend, simak penjelasan ilmiahnya serta dampak Fomo bagi kehidupan Unsplash bruce mars
FOMO (Fear of Missing Out) gejala kecemasan sosial yang membuat penderitanya nggak mau ketinggalan informasi, berita, atau trend, simak penjelasan ilmiahnya serta dampak Fomo bagi kehidupan Unsplash bruce mars /

GALAMEDIANEWS - Akhir-akhir ini istilah ‘Fomo’ sering berseliweran di beranda sosial media kita. Sebenarnya apa sih itu Fomo? Apa pengaruh Fomo bagi kehidupan kita sehari-hari? Lantas bagaimana sebaiknya kita menjalani hidup yang sehat di media sosial yang lebih baik? Simak penjelasannya yuk.  

FOMO Menurut Penjelasan Ilmiah

Istilah Fomo kini berubah menjadi bahasa gaul yang merupakan singkatan dari ‘Fear of Missing Out’. Meski dibilang istilah kekinian ternyata kata ini mengandung penjelasan ilmiah lho. 

Dikutip Galamedia News dari Travers (2020) Fomo termasuk kedalam kecemasan yang terjadi terus menerus ketika tahu orang lain sedang mengalami hal yang menyenangkan dan kita tidak ada di situ atau tidak terlibat di dalamnya.

Belakangan, istilah ini kembali trending di media sosial usai konser BlackPink. Netizen beramai-ramai melontarkan kata ini untuk mendeskripsikan tingkah para fans dadakan yang datang ke konser Lisa, Jennie, Rose dan Jisoo ini. 

Pasalnya, banyak orang yang tidak memiliki ketertarikan khusus atau fans pada BlackPink, namun ketika konser mereka hadir dan meraimakan. Terlebih mereka memamerkan aktifitas itu ke media sosial. Banyak netizen yang menilai, para fans dadakan (termasuk artis) ini hanya sebatas Fomo agar dianggap keren dan membuat konten belaka dari konser yang mereka datangi. 

FOMO Berbahaya, kah?

Ya, Fomo atau ‘takut ketinggalan’ ini sudah masuk kategori gangguan kecemasan sosial lho. Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Dr Andrew K. Przybylski dan sudah tercantum dalam Oxford English Dictionary sejak tahun 2013. 

Menurut Dr Andrew K. Przybylski, FOMO merupakan sindrom kecemasan yang disebabkan adanya penyesalan bahwa kita tertinggal informasi lebih banyak daripada orang lain. Kemudian perasaan itu akan menimbulkan rasa iri yang sangat mendalam sehingga mempengaruhi harga dirinya. 

Akibatnya, muncul rasa cemas dan takut yang mampu memicu depresi, stress, kelelahan, gemetar, pusing, sulit berkonsentrasi, mual bahkan sulit tidur nyenyak. Fomo membuat penderitanya fokus pada apa yang terjadi di luar kontrol dari pada sepenuhnya hadir dalam pengalaman di depan mata. 

Orang Romantik dan Klasik, Kamu Fomo yang Mana?

Biasanya orang yang kena sindrom ini akan lebih banyak menghabiskan waktu di media sosial demi menghilangkan rasa cemas, takut dan iri agar memperoleh perasaan ‘bergabung’. 

Dikutip dari YouTube The School of Life pada 18 Mei 2015, fenomena takut ketinggalan ini dapat kita pandang dari dua tipe temperamen manusia. Ada ‘Romantik’ dan ‘Klasik’. 

 Baca Juga: Spoiler Anime One Piece Episode 1054: Perubahan Besar, Terbukanya Jalan Baru

Baca Juga: Bintang Taxi Driver 2, Lee Je Hoon Siap Gelar Fan Meeting ke Jakarta

Pertama, orang-orang dengan temperamen Romantik merasa ketinggalan sangatlah menyakitkan. Mereka percaya di luar sana ada tempat orang-orang sukses dengan baju dan sepatu mahal berkumpul. Mereka cenderung terobsesi dengan liburan cantik, Instagramable, makanan-makanan mewah dengan tampilan memukau, barang-barang branded yang dipakai artis-artis. 

Kedua, Klasik, mereka tidak terpukau dengan kemewahan. Orang klasik bisa merasakan Fomo. Namun, bentuknya berbeda. Mereka takut kehilangan momen berkumpul bersama keluarga, teman, belajar hal baru, menikmati sejuknya alam dan paling penting mengenal diri sendiri. 

Begini Cara Sehat Bermedia Sosial

Sadarilah apa yang terlihat di media sosial tidak berbanding lurus dengan tingkat kebahagiaan seseorang. Dikutip Galamedia News dari @adimasnuel “Tak perlu iri, kita punya sepi sendiri-sendiri. Jika hidup orang tampak meriah, itu karena sepi dirayakan dengan mewah.” 

Biasanya orang Fomo cenderung memeriksa media sosial teman atau keluarga secara berulang-ulang demi tidak ketinggalan. Penelitian mereka merasa kesepian, terisolasi, rendah diri, negatif, kurang mencintai diri sendiri lebih rentan kena cemas ini. 

Salah satu cara mengurangi dampak Fomo dalam diri adalah dengan memberikan afirmasi positif. Misal dari pada mengeluh “Aduh, kenapa saya nggak bisa pergi liburan seperti si A, sih?” ubahlah “Aku sekarang berada di rumah, menikmati secangkir kopi hangat, desir angin yang sejuk mengisi paru-paru, mengenakan baju bersih dan ditemani cemilan sore yang menyenangkan”. 

Sebisa mungkin jauhkan ponsel Anda dan mematikan dalam beberapa saat. Hadirlah dalam pengalaman Anda hari ini, detik ini dan kuatkan fokus Anda pada hal-hal baik yang sudah Anda lakukan. 

Itulah sejumlah informasi mengenai Fomo, bahasa gaul yang akhir-akhir ini ramai jadi perbincangan netizen di media sosial.***

Editor: Nadya Kinasih

Sumber: YouTube


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x