Network
GALAMEDIANEWS- Mendidik anak bukanlah perkara yang sangat mudah. Pasalnya, tak sedikitpun orangtua yang melakukan kesalahan disaat sedang mendidik sehingga baik orang tua maupun anak-anak sama-sama tidak merasakan kebahagiaan.
Seperti yang dilakukan oleh Edy Wiyono, seorang praktisi pendidikan anak atau biasa dipanggil Ayah Edy, ia mengatakan bahwa pandangan orangtua terhadap sosok anak menjadi penentuan kebahagiaan.
Jika kita sebagai orangtua keliru mengartikan makna dari seorang anak bisa jadi kebahagiaan sulit didapat.
Selanjutnya agar memunculkan kebahagiaan, menurutnya orangtua harus mengartikan anak sebagai seorang guru. Karena memang pada dasarnya anak merupakan tempat belajar bagi orangtua sendiri.
Dari anak, orangtua belajar untuk dapat memahami, sabar, bahkan jujur pada diri sendiri. Jika orangtua menyadari hal ini, maka apa yang akan direaksikan terhadap anak akan positif.
Baca Juga: Cerita Bawang Merah dan Bawang Putih, Dongeng Pengantar Tidur Anak
Sebagai orangtua juga, kita harus menanamkan dalam pikiran kita bahwa tidak ada anak yang memiliki masalah. Ketika anak bahagia maka sumber yang paling utama adalah orangtuanya sendiri. Pun sebaliknya.
Sebab, dari kecil pada dasarnya seorang anak ibarat seperti kertas putih yang polos yang kemudian terisi karena informasi yang anak dapatkan dari orangtuanya.
Ketika orangtua mengajarkan A, maka yang akan direkam oleh anak ya tetap akan A. Pun, jika orangtua melakukan tindak negatif, maka seorang anak akan merekam semua itu.
Maka disaat kita menjadi orangtua, kita seyogyanya harus berhati-hati bersikap apapun terhadap anak. Karena anak adalah peniru yang ulung. Apapun yang kita lakukan, maka anak pun akan melakukannya. Anak adalah cerminan diri kita sendiri.
Baca Juga: Domikado : Program Serial Puppets Show Sajikan Tayangan Mendidik dan Ramah Anak
Untuk mendapatkan kebahagiaan ketika menjadi orangtua, kita harus memahami terlebih dahulu bahwa setiap anak yang kita miliki memiliki keunikannya tersendiri. Anak yang satu dengan yang lainnya tidaklah harus selalu sama. Keunikan ini yang seharusnya dibanggakan dan difasilitasi oleh kita selaku orang tua bukan justru menganggapnya salah.
Ayah Edy menjelaskan bahwa saat ini banyak penemuan orangtua atau seorang guru yang melabeli anaknya bodoh atau nakal. Padahal mungkin saja anak tersebut memiliki kemampuan dan potensi yang lain yang tidak kita ketahui. Dan kita abai terhadap keunikan anak tersebut, maka hal tersebut adalah keliru.
Justru dari hal ini kita harus belajar, mengapa anak tersebut berlaku unik seperti itu mungkin bisa jadi hal tersebut adalah luapan dari kemampuannya yang belum kita ketahui.
Dengan rasa bahagia, kita sebagai orangtua mau tidak mau harus berbahagia dengan semua yang dimiliki oleh anak. Karena ketika kita bahagia, maka anak pun akan bahagia.
Itulah cara mendidik anak dengan bahagia yang dilakukan oleh Ayah Edy. Sudah sejauh mana kita memahami anak kita sendiri?***
