Kesinambungan Antara Dunia dan Akhirat Menurut Abu al- Harits al- Muhasibi dan Imam Al-Ghazali

- 20 Agustus 2020, 16:37 WIB
Ilustrasi.
Ilustrasi. /

GALAMEDIA - Bagi seorang muslim, oleh Allah diajarkan untuk mengejar kebahagian secara ganda, yakni kebahagiaan dunia sekaligus kebahagiaan akhirat. Tujuan tersebut dilambangkan dalam sebuah doa yang paling banyak dibaca sehari-hari, yang oleh masyarakat muslim indonesia dikenal sebagai doa “sapu jagat”.
 
Dalam kehidupan keseharian, seorang muslim tidak mesti berkutat dengan beribadah kepada Allah saja. Namun ia juga harus aktif pula dalam hubungan kemanusiaan di dunia ini, dalam berbagai sektor kehidupan.

Seorang muslim ada baiknya jika kaya dunia dan kaya pula rohaninya. Namun mereka juga tidak boleh terlalu terlena untuk mengejar kebahagiaan dunia saja, sebab nanti diakhirat tidak ada yang di dapat apapun. Keduanya harus dicari bersama-sama, dengan tujuan mendapatkan kebahagian dunia dan kebahagiaan akhirat.

Baca Juga: Kepadatan Arus Lalu Lintas di Lembang Paksa Polisi Terapkan Sistem Buka Tutup Jalur

“Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlahkamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagimana Allah telah berbuat baik kepadamu, janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan.” (Qs. Al-Qasas[28]: 77)

Maka dari makna yang terkandung dalam ayat diatas menjelaskan kita harus memahamu dan bertindak sesuai dengan ketentuan-ketentuan kehidupan duniawi dan ukhrawi jika kita menginginkan kesuksesan keduanya. 

Baca Juga: Mengambang di Kolam, Mayat Pria Tanpa Identitas Sempat Dikira Sampah

Untuk meraihnya dapat dicapai dengan melakukan aktivitas dunia dan akhirat bersama-sama.

Adapun kiat dan strategi menjaga kesinambungan Dunia dan akhirat (nasihat Abu al-Harits al-Muhasibi dan Imam Al-Ghazali)

1.    Menempa diri (riyadhah an-nafs), dengan cara menjaga dan meningkatkan akhlak yang baik. Serta menghindari segala bentuk akhlak yang buruk.

Baca Juga: IJTI Korda Bandung Raya Gelar Lomba Adzan dan Hafalan Ayat Suci Al Quran Usia Dini

2.    Menjauhkan diri dari segala bentuk kemaksiatan.

3.    Selalu mengenal dan mengevaluasi keburukan (aib) diri sendiri untuk kemudian diperbaiki; sambil terus menghindari membuka, membicarakan, dan keinginan mengetahui aib orang lain.

4.    Tawakal dan ikhlas dalam seluruh tindakan kebajikan, hanya dipersembahkan kepada Allah (Inna Shalati wa nusuki wa mahyaya wa mamati, lillahi Rabbil ‘alamin).

Baca Juga: Lonjakan Kasus Positif Covid-19 di Sumedang, Dampak Swab Test Masif

5.    Mewujudkan tanda utama kebaikan akhlak; khusyuk shalat, selalu bertobat, beribadah, menggetarkan hati dalam penyebutan dan mendengar asma Allah, hidup dengan tawadhu’.

6.    Menyikapi dengan hati-hati, dan mencegahnya untuk menjadi penghalang (hijab) kepada Allah, terkait dengan; harta, pangkat, taklid buta dan kemaksiatan.

7.    Menghindari banyak tidur sebagi pencerahan, dan dalam rangka berlatih “mematikan diri” dalam kehidupan dunia.

Baca Juga: Weis, Anya Geraldine Diberi Kebebasan Untuk Selingkuh

8.    Selalu memohon kepada Allah dan berjuang kuat terlepas dari segala godaan setan.

9.    Selalu berada dalam kondisi dzikrullah dalam segala kesempatan dan segala keadaan.

10.    Selalu mengevaluasi penjagaan hatinya dari segala kehendak, bisikan, dan keinginan; serta mengarahkannya dalam kondisi selalu ber-Muraqabah (merasakan pengawasan dan kehadiran Allah dalam hati).

Baca Juga: Syekh Yusuf Ulama dan Panglima Perang Dua Negara, JK: Indonesia Ucapkan Terima Kasih

11.    Mengutamakan kebaian dan amal shaleh serta kecintaan Allah di atas napasnya.

12.    Menjaga kedisiplinan pelaksanaan ibadah-ibadah nawafil (Ibadah Sunnah), guna melaksankan hak-hak Allah.

13.    Meminimalisir sikap sombing, rasa berbangga diri, keinginan untuk dipuji, dan ingin selalu diutamakan oleh sesama manusia.

Baca Juga: Parah, Kuwait Tak Sanggup Bayar Gaji PNS

(tips ini diringkas dari kitab ihya ‘Ulum al-Din karya Imam al-ghazali dan kitab Ar-Ri’ayah li Hquqillah karya Imam Al-harits al-Muhasibi)

“Barangsiapa yang menghendaki pahala di dunia saja (maka ia pasti akan merugi), karena (hendaknya diketahui)  bahwa di sisi Allah ada pahala dunia dan akhirat. Dan Allah itu mendengar lagi Maha Melihat.” (Qs, an-Nisa[4] : 134)

Tentu inilah yang menjadi tujuan hidup kita, sehingga kita berupaya untuk mendapatkan itu dan berdo’a semoga Allah membimbing dan mengarahkan kita semua, menuju ke arah yang terbaik tersebut, sebagaimana yang menjadi kehendak Allah, serta tentu menjadi keingin kita. Amin. (Dea/job)

Sumber : “Apa Makna Kematian bagi Anda” karya KH. Muhammad Sholikhin.

Editor: Dadang Setiawan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah