Apa itu Fast Fashion dan Bagaimana Bisa Menghancurkan Lingkungan?

- 24 Juni 2023, 17:29 WIB
 Fast Fashion dan Lingkungan./independent.co.uk
Fast Fashion dan Lingkungan./independent.co.uk /

Salah satu kain termurah dan terpopuler adalah polyester, akan tetapi sayangnya jenis ini hadir penuh dengan masalah. Kenapa demikian? Pertama untuk membuat tekstil sintetis akan membutuhkan hampir 432 juta barel minyak setiap tahun.

Ketergantungan pada bahan bakar fosil dapat menghasilkan emisi gas rumah kaca yang terkait dengan perubahan iklim. Kain berbasis plastic ini juga menimbulkan ancaman pelepasan mikroplastik yang dapat mencemari lautan dan perairan lainya.

Bahkan kain alami pun bisa bermasalah saat digunakan oleh pengecer mode cepat. Pada tahun 2019, tanaman kapas konvensional yang ditanam di AS (Amerika Serikat) membutuhkan 68 juta pon pestisida. Bahan kimia dapat menempel pada tanaman kapas dan juga mencemari tanah dari limpahan air dan menimbulkan risiko pencemaran air dan tanah bagi masyarakat setempat.

Fast fashion tidak menjadi lebih baik ketika sampai pada tahap selanjutnya seperti pada tahap desain dan proses pewarnaan. Pada tahap ini membutuhkan hingga 200 ton air untuk menghasilkan satu ton pakaian yang diwarnai. Dan hal yang lebih buruk lagi, pewarna konvensional yang digunakan adalah campuran bahan kimia yang tidak terurai dengan baik saat memasuki sungai dan lautan.

Baca Juga: Hari Lingkungan Hidup Sedunia (World Environment Day) 2023: Solusi Polusi Plastik

 

Selama bertahun-tahun, bahan kimia ini terakumulasi di lingkungan, dan dalam beberapa kasus saluran air yang dekat dengan pabrik tempat limpasan air dari proses pewarnaan menjadi terlalu berbahaya untuk digunakan. Salah satu contoh, di China, ibu kota globall industry pembuatan pakaian, lebih dari 70 persen sungai terkontaminasi dan dianggap tidak aman untuk digunakan manusia.***

 

Halaman:

Editor: Feby Syarifah

Sumber: www.rd.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah