GALAMEDIANEWS - Di tengah konflik berkelanjutan di wilayah Jalur Gaza Palestina secara keseluruhan yang dijajah oleh Israel, cabang Amnesty International untuk Timur Tengah dan Afrika Utara (Amnesty MENA) telah mendesak embargo senjata terhadap semua pihak yang terlibat dalam konflik tersebut, tanpa memihak satu pihak tertentu.
Dalam pernyataan yang dirilis pada hari Rabu, Amnesty MENA mendorong komunitas internasional untuk menghentikan pengiriman senjata ke Israel dan Hamas dengan tujuan utama melindungi nyawa warga sipil di Jalur Gaza.
Panggilan ini datang sebagai respons terhadap peristiwa tragis baru-baru ini di kamp pengungsi Nuseirat di Gaza tengah, di mana serangan udara Israel terhadap pasar menyebabkan kebakaran dan konsekuensi yang menghancurkan bagi penduduk setempat. Jumlah korban jiwa warga Palestina sangat besar, dengan lebih dari 8.796 warga Palestina tewas, termasuk 3.648 anak-anak dan 2.290 perempuan. Selain itu, lebih dari 23.000 orang telah terluka, dengan mayoritas korban adalah perempuan dan anak-anak, menurut laporan Kementerian Kesehatan Palestina dan organisasi internasional.
Panggilan Amnesty MENA untuk embargo senjata mencerminkan tindakan empat serikat dagang Belgia, yaitu FGTB, ACV, CSC, dan BBTK/SETCa, yang telah menolak menangani persediaan militer yang digunakan dalam konflik. Serikat-serikat ini merespons apa yang mereka anggap sebagai serangan ilegal yang berkelanjutan dan mengakibatkan kehilangan ribuan nyawa tak berdosa di Gaza.
Amnesty MENA telah mendukung tindakan serikat-serikat Belgia ini dan mendorong pihak lain untuk mengikuti jejak mereka. Konsekuensi signifikan dari embargo semacam ini akan memengaruhi Israel, terutama Amerika Serikat dan Jerman, yang merupakan pemasok senjata terbesar bagi pemerintah Israel, menurut Institut Penelitian Perdamaian dan Keamanan Internasional Stockholm (SIPRI).
Konflik di Gaza terus berlanjut meskipun terjadi peningkatan militer Israel yang signifikan di sekitar perbatasan Gaza dan infiltrasi sporadis. Perlawanan Palestina terus melawan serangan Israel, menghasilkan konflik yang berkepanjangan dan merusak yang memengaruhi kehidupan warga sipil tak berdosa.
Penting untuk mencatat bahwa Gaza telah berada di bawah pengepungan militer Israel yang ketat sejak tahun 2007, menyusul pemilihan demokratis di Palestina yang diduduki, hasilnya ditolak oleh Tel Aviv dan Washington.