Meskipun menggunakan bahasa yang sopan dan halus, tak lantas media mainstream tak bisa sama sekali mengkritisi. “Bisa mengkritik. Tapi, dengan bahasa halus dan sopan sehingga nggak menyinggung pihak yang dikritik. Bisa juga pakai karikatur, tapi gambarnya masih halus,” tuturnya.
Terkait mana yang lebih baik diantara keduanya, keduanya menjalankan peran tersendiri. Kang Don menyebut kehadiran media non mainstream bisa melengkapi media mainstream yang sudah ada terlebih dahulu.
“Media non mainstream memberikan lebih banyak sudut pandang dan informasi baru. Cara menyajikannya juga bisa luwes. Tapi, jangan lupa verifikasi ya. Kalau yang mainstream seperti ibarat bacaan pengantar. Kalau mau lebih detail, larinya ya ke situ,” jelas Kang Don.
Demikian, perbedaan media mainstream dengan media non mainstream. Keduanya memang berbeda. Untuk semakin memperkaya wawasan kita, keduanya memang perlu selalu untuk kita simak.***