"Benar, Ambu, nurub cupu kalau seandainya berjodoh dengan si Nyai,"
"Meugeus, Abah!" Ambu nyubit tangan Abah. "Tempo si Nyai meni olohok kitu?"
"Jempè tong geruh!"
"Ganteng pisan eta pemuda," gumam Nyi Iteung tatapannya tidak beranjak dari lelaki muda yang membukakan pintu rumah. "Moal kitu kalau Dewa Kamajaya mah yang baru turun dari kahyangan?"
Baca Juga: Besok Agenda Pemeriksaan Kasus Obat Covid-19, Hadi Pranoto Hari Ini Sudah Datangi Penyidik
"Hayu masuk, Ambu, Nyai!" ajak Abah, melangkahkan kakinya dengan pelan.
Sesampainya di ruang tamu, mereka pun saling tatap lalu, kembali melihat perabotan, kursi, serta permadani yang terasa sangat empuk.
Mereka sejenak hanya mematung dan terbengong-bengong menyaksiaan keadaan tersebut.
"Silahkan, Abah, Ambu, Nyai, duduk!" ujar si pemuda.
Baca Juga: Ilmuwan Klaim Temukan Jejak Kaki Manusia Arab Pertama
(Herdi Pamungkas)