GALAMEDIANEWS - Di tengah dunia jurnalistik yang semakin kompleks, maraknya fenomena wartawan karbitan menjadi perhatian serius. Wartawan karbitan merupakan mereka yang menggunakan profesi wartawan untuk kepentingan pribadi atau kelompok tertentu, melanggar prinsip-prinsip etika jurnalistik yang seharusnya mereka pegang teguh. Fenomena ini menimbulkan dampak yang merugikan, baik bagi integritas profesi jurnalistik maupun bagi masyarakat yang menjadi konsumen informasi.
Salah satu bentuk paling mencolok dari perilaku wartawan karbitan adalah praktik meras. Meras adalah istilah yang merujuk pada tindakan menyisipkan pesan atau opini subjektif ke dalam pemberitaan, tanpa mempertimbangkan prinsip-prinsip objektivitas dan keadilan. Wartawan yang melakukan meras seringkali memiliki motif tertentu, seperti kepentingan politik, ekonomi, atau ideologis. Mereka menggunakan posisi dan akses mereka sebagai wartawan untuk memengaruhi opini publik sesuai dengan agenda mereka sendiri.
Baca Juga: Ratusan Jurnalis Protes Kecam Propaganda Liputan Media Barat tentang Genosida di Jalur Gaza
Fenomena wartawan karbitan bukanlah masalah baru dalam dunia jurnalistik. Namun, dengan berkembangnya teknologi dan media sosial, praktik seperti ini menjadi semakin mudah tersebar dan sulit untuk dikendalikan. Berbagai platform digital memungkinkan siapa pun untuk dengan cepat menyebarkan informasi tanpa pertanggungjawaban yang jelas. Hal ini menciptakan lingkungan yang subur bagi praktik-praktik tidak etis seperti meras.
Dampak dari maraknya wartawan karbitan sangatlah merugikan. Pertama, hal ini mengancam integritas profesi jurnalistik secara keseluruhan. Jurnalis yang sejati berkomitmen untuk menyajikan informasi secara objektif, faktual, dan adil. Namun, ketika masyarakat mulai kehilangan kepercayaan pada media karena perilaku wartawan karbitan, maka prinsip-prinsip dasar jurnalisme terkikis. Kepercayaan yang rusak sulit untuk dipulihkan dan dapat merusak kredibilitas seluruh industri media.
Kedua, dampaknya juga dirasakan oleh masyarakat luas. Informasi yang seharusnya menjadi alat untuk membentuk opini dan pengambilan keputusan yang cerdas malah menjadi tercemar oleh agenda tersembunyi dan kepentingan pribadi. Masyarakat menjadi rentan terhadap manipulasi informasi dan terjebak dalam polarisasi opini yang merugikan.
Hika Transisia AP, pimpinan redaksi PT. Penjuru Kreatif Informasi Media, mengemukakan pandangannya mengenai maraknya oknum wartawan tersebut, "Sejatinya, jurnalis adalah sebuah profesi yang mulia dan professional. Wartawan memerlukan landasan moral dan etika profesi sebagai pedoman operasional dalam menjaga kepercayaan publik dan menegakkan integritas serta profesionalisme."
Selanjutnya, Hika menambahkan saran respon yang seharusnya dilakukan para jurnalis tentang kasus ini, "Yang bisa kita lakukan adalah dengan tetap menjaga integritas dan kapabilitas kita dalam menjalankan profesi serta tetap proaktif bersuara agar setiap wartawan tetap menjaga kode etik jurnalistik."