5 Rekomendasi Film untuk Ngabuburit Nunggu Azan Magrib, Ada Film yang Memperat Hubungan Kekeluargaan

- 14 Maret 2024, 12:04 WIB
Ilustrasi Menonton film pada saat ngabuburit menunggu waktu berbuka puasa./pexel/@freestocks.org
Ilustrasi Menonton film pada saat ngabuburit menunggu waktu berbuka puasa./pexel/@freestocks.org /
 
 
GALAMEDIANEWS – Menonton film pada saat ngabuburit menunggu waktu berbuka puasa, nampaknya bisa dilakukan. Sebab durasi film membuat tak terasa waktu sudah menunjukkan azan Magrib.

Dilansir dari YouTube Sonora FM Bangka pada Kamis, 14 Maret 2024. Inilah 5 rekomendasi yang wajib ditonton untuk menunggu waktu berbuka puasa:

1. Sang Kiai

Film ini bertemakan biografi Islam yang dirilis pada tahun 2013, yang menceritakan mengenai pejuang kemerdekan yakni pendiri Nadhlatul Ulama (NU) yang berasal dari Jombang, Jawa Timur yakni Hadratussyaikh Kyai Haji Hasyim Asy'ari.
 
Baca Juga: PSG Siap Layangkan Tawaran Besar ke Manchester United demi Marcus Rashford

Pada waktu itu Jepang sudah melarang pengibaran bendera merah putih, melarang lagu Indonesia Raya, dan memaksa rakyat Indonesia untuk menlakukan Seikerei (menghormat kepada Matahari).

KH Hasyim Asyari yang merupakan tokoh agamis menolak melakukan Seikerei karena beranggapan bahwa tindakan ini sangat menyimpang dari aqidah Islam dan hal ini yang membuatnya harus ditahan di dalam penjara.

KH. Wahid Hasyim, salah satu putra dari KH Hasyim Asyari mencari jalan diplomasi untuk membebaskan ayahnya. Berbeda dengan Harun, salah satu santri yang percaya kekerasan dapat selesaikan masalah dan menghimpun kekuatan santri untuk melakukan demo untuk menuntut kebebasan KH Hasyim Asyari, namun hal ini bisa membuat korban berjatuhan.

Dengan jalan damai KH Hasyim Asyari memenangkan diplomasi terhadap tentara Jepang. Tak berakhir sampai disitu saja, Jepang memaksa rayat Indonesia untuk melimpahkan hasil bumi dan Jepang meminta Masyumi yang diketuai oleh KH Hasyim Asyari untuk menggalakan bercocok tanam.
 
Baca Juga: Sekda Bandung jadi Tersangka KPK, Ini Kata Pj Gubernur Jabar Bey Machmudin

Hasil tanam rakyat harus di setor ke pada pihak Jepang. Walaupun, saat itu rakyat sedang alami krisis beras,bahkan lumbung pesantren juga nyaris kosong.  Harun justru mengira kyainya mendukung Jepang hingga kabur dari pesantren.

Jepang akhirnya kalah dalam perang dan sekutu mulai berdatangan, Soekarno yang saat itu sebagai Presiden meminta utusannya ke Tebuireng untuk meminta KH Hasyim Asyari mempertahankan kemerdekaan dan mengeluarkan resolusi jihad yang membuat barisan santri dan penduduk Surabaya melawan sekutu disana.

Gema resolusi jihad yang didukung oleh semangat spiritual keagaamaan membuat Indonesia berani mati saat jihad. Sarinah membantu barisan santri perempuan untuk merawat para korban perang dan mempersiapkan ransum.

Film ini dibintangin oleh Ikranagara, Christine Hakim, Agus Kuncoro, Adipati Dolken.

2. Emak Ingin Naik Haji

Film yang dibintangin oleh Reza Rahadian mendapatkan 6 nominasi Festival Film Indonesia dan 3 kategori akting untuk pemain aktor terbaik, artis terbaik untuk Aty Kanser,  dan pemeran pembantu terbaik yakni Ayu Pratiwi.
 
Baca Juga: Sempat Viral di Tiktok dengan Lagu “Kill Bill”, Berikut Rekomendasi 5 Lagu SZA Beserta Maknanya

Film ini dirilis pada 12 November 2009 dan disutradarai oleh Aditya Gumay dan dibintangin oleh Aty Cancer Zein, Reza Rahadian, dan Didi Petet. Yang mana cerita ini diangkat dari cerpen karangan Asma Nadia.

Isi dalam film ini menceritakan mengenai seorang emak berusia lanjut yang memiliki sifat sabar, tulus, dan baik hati yang ingin menunaikan ibadah haji. Namun, impiannya ini harus terkikis sebab tak memiliki biaya dan kehidupannya hanya bergantung dengan jualan kue.

Anaknya bernama Zein yang diperankan oleh Reza Rahadian, merupakan seorang duda yang mana penjual lukisan keliling yang membantu keuangan ibunya.

Emak tak pernah putus asa agar bisa berangkat haji, ia tetap mengumpulkan pundi rupiah untuk disetorkan ke tabungan haji di bank. Zein yang mengetahui kegigihan Emak, mengusahakan berbagai cara untuk mewujudkan keinginan ibunya.  

Rumah tangga yang gagal sempat membuat Zein putus asa, tetangga Emak yang kaya raya sudah mampu menunaikan ibadah haji berkali – kali sehingga umrah ditempat lain, sementara itu ada juga yang berangkat haji hanya untuk kepentingan politik.
 
Baca Juga: Nasib Bandara BIJB Kertajati Runyam Jika Rute Penerbangan Tak Ditambah

Sehingga, ia ikut berjuang untuk membantu tabungan ibunya agar tercapai dan menjadi salah satu rekomendasi film di bulan Ramadhan jadi jangan kalian lewatkan.

3. Hafalan Shalat Delisa

Film ini diangkat dari novel karya penulis terkenal, Tere Liye yang pengambilan lokasinya berlatar belakang di Aceh. Film drama yang dirilis pada 22 Desember 2011 ini disutradarai oleh Sony Gaokasak.

Film ini menceritakan mengenai gadis belia bernama Delisa (Chantiq Schagerl) yang merupakan gadis riang dan tinggal di Lhok Nga, sebuah desa kecil berada di tepi pantai Aceh dan mempunyai hidup yang indah sebagai anak bungsu dari keluarga Abi Usman (Reza Rahadian), yang mana ayahnya bertugas di kapal tanker perusahaan minyak Internasional.

Delisa begitu dekat dengan ibunya yang dipanggil Ummi (Nirina Zubir) serta ketiga kakaknya yakni Fatimah (Ghina Salsabila) dan si kembar Aisyah (Reska Tania Apriadi) dan Zahra (Riska Tania Apriadi).

Delisa bersama Ummi sepanjang praktik ujian pada 26 Desember 2004, Delisa bersama Ummi sedang bersiap menuju ujian dan praktik shalat ketika terjadi gempa. Tiba – tiba terjadi tsunami yang menghantam sekolah itu, dan mengombang – ambingkan mereka, dan menggulung tubuh kecil Delisa serta ratusan ribu lainnya di Aceh serta berbagai pelosok di Asia Tenggara.
 
Baca Juga: Resep Krengsengan Ati Ampela Mercon yang Pedasnya Nampol, Segera Buat Ide Menu Keluarga Buka Puasa di Rumah

Badai tsunami di Aceh itu memang menceritakan mengenai kejadian di Aceh pada tahun 2004. Delisa kemudian diselamatkan oleh Smith (Mike Lewis), seorang prajurit Angkatan Darat AS, setelah pingsan berhari – hari di cadas bukit. Luka parah pada kaki kanan Delisa membuatnya harus diamputasi.

Smith sebenarnya ingin mengadopsi Delisa, jika ia hidup sebatang kara tapi Abi Usman berhasil menemukan Delisa dan ia hidup bersama dengan ayahnya, walau ada rasa iba dalam film ini karena ketiga kakaknya telah meninggal dan masih belum diketahui pasti dimana lokasi Ummi.

4. Film Muhammad:Utusan Tuhan

Film ini menceritakan mengenai kisah hidup nabi Muhammad SAW dan merupakan film epik Islam Iran pada tahun 2015 yang telah distudarai oleh Majid Majidi dan ditulis oleh Kambuzia Partovi.

Film ini menandai produksi anggaran tertingi di bioskop pada negara tersebut hingga sekarang. Film ini menceritakan mengenai utusan Tuhan pada tahun 2007 dan Majidi menulis draf pertama skenario pada tahun 2009.

Pada tahun 2011, lokasi film yang dibuat di kota Qom dekat Teheran telah siap untuk sebagian besar film dan sepanjang proses pembuatan film, Majidi telah bekerja dengan tim sejarawan dan arkeolog untuk mengerjakan keakuratan kehidupan awal nabi Muhammad SAW. Pekerjaan pasca produksi film dimulai di Munich pada akhir 2013 dan telah selesai pada tahun 2014. Sinematografinya dikerjakan oleh Vittorio Storaro dan musik filmnya disusun oleh A. R. Rahman.

Film itu tayang perdana pada 1 Februari 2015 tapi karena ada kesalahan teknis akhirnya diundur menjadi 12 Februari 2014 yang mana pemutaran perdana di adakan di Cinema Farhang, Iran.
 
Baca Juga: Dortmund Kalahkan PSV dan Menuju Babak 8 Besar, Jadon Sancho Cetak Gol - Man of The Match

Film ini dirilis di Iran dan Festival Film Dunia Montreal pada 27 Agustus 2015 dan terpilih sebagai Film Iran entri untuk film berbahasa asing terbaik di Academy Awards ke 88.

Isi dari Film itu mengenai Raja Habasha yang telah diperintah oleh Abraha, salah satu komandan pasukan itu melakukan serangan ke Mekkah untuk hancurkan ka’bah. Dia memimpin ribuan tentara, kuda, dan gajah. Saat tentara mendekati Mekah, gajah itu menaggapi perintah ilahi dan berhenti menolak untuk melanjutkan.

Kemudian jutaan burung menghujamkan hujan batu ke pasukan Abraha dan pasukan itu dimusnahkan. Dan pada sebulan kemudian, nabi Muhammad SAW, lahir yang mana film ini menggambarkan mengenai kisah hidupnya hingga usia 13 tahun.

Film ini menyatakan mengenai fakta dan sejarah hidup nabi Muhammad SAW, beberapa peristiwa sebenarnya tidak terjadi dalam kehidupan nyata, namun sekilas mirip dengan kisah hidup beliau dalam peristiwa biografinya.

Cerita ini berakhir dengan perjalanan nabi Muhammad SAW ke Suriah dan pertemuan dengan Bahira. Film ini tidak mengundang kontroversi dan tidak ada perbedaan sudut pandang Syiah dan Sunni. Film ini juga menghabiskan dana sekitar 300 miliar rupiah yang didanai oleh pemerintah Iran lewat Yayasan Bonyad Mostazafan, pembuatan film ini tertutup dan tidak memberikan akses ke para wartawan setempat untuk meliput.
 
Baca Juga: 14 Maret 2024, Mengenang 44 Tahun Wafatnya Bung Hatta, Proklamator dan Pahlawan Indonesia

5. Mencari Hilal

Film terakhir yang direkomendasikan ini merupakan kisah cerita mengenai sidang isbat yang diselenggarakan oleh Kementerian Agama dan menelan dana sekitar Rp 9 mliar.

Film ini menganugerahkan gelar pemeran Utama Pria terbaik pada Dedy Sutomo pada Festival Film Indonesia tahun 2015. Gelar ini menjadi satu – satunya yang diraih oleh film ini diantara 7 nominasi yang di dapatkan.

Kisah dimulai dari Mahmud yang berjuang menerapkan perintah Islam secara kaffah dalam segala aspek hidup, bertahun lamanya ia berdakwah agar setiap orang percaya Islam merupakan salah satu solusi soal permasalahan hidup.

Ia mengingat mengenai pesantrennya dulu sebuah tradisi yang tak berjalan lagi sejak pesantrennya dibubarkan puluhan tahun lau, ia membuktikan kepada semua orang bahwa ibadah tidak dibuat untuk perkaya diri, apalagi habiskan dana Rp 9 miliar hanya untuk sidang isbat. Hilal kemudian bisa ditemukan tanpa dana banyak. Sayangnya upayanya dihalangi oleh anaknya sendiri.

Mahmud bersikeras ingin melakukan itu, meski kesehatannya menurun dan ia ditemani oleh Heli, anak bungsunya yang sejak lama pergi dari rumah karena berselisih paham, ia merupakan aktivis lingkungan hidup sehingga membuat Mahmud gerah dengan kritik sekuler liberal yang sesat menurutnya.

Heli bekerja di kantor imigrasi karena saran dari kakaknya, agar membantu mengurus paspor yang kadaluwarsa bertepatan dengan libur lebaran. Dia keluar negeri dan membantu para aktivis dunia berjuang melawan perusakan lingkungan di Nicaragua dan meminta bantuan kakaknya, Halida.

Meski berat permintaan itu, Halida akhirnya membantu Heli dengan syarat harus menemani ayahnya mencari hilal. Film dikategorikan sebagai road trip movie ini bsia ditonton bersama keluarga saat ngabuburit karena tidak adanya generation gap, tapi juga toleransi soal praktik menjalankan agama, apalagi ada kisah antara ayah dan anak yang sangat bagus untuk ditonton dan mempererat hubungan kekeluargaan.***

Editor: Dadang Setiawan

Sumber: YouTube Sonora FM Bangka


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x