2. Pertama kali lagu Indonesia Raya berkumandang
Ternyata bersamaan dengan momen bersejarah tersebut, lagu kebangsaan ‘Indonesia Raya’ berkumandang. Kala itu, sang pencipta lagu, Wage Roedolf Soepratman memainkan lagu Indonesia Raya dengan biola kesayangannya. Meski begitu, lagu dimainkan tanpa lirik lantaran mengandung kata ‘Merdeka’ yang dikhawatirkan menimbulkan konflik dengan Polisi Belanda.
3. Diperkenalkan kopiah sebagai identitas pergerakan nasional
Kopiah hitam atau peci yang kerap digunakan oleh Soekarno sebagai identitas pergerakan nasional, banyak digunakan oleh peserta Kongres Pemuda. Bahkan sejumlah pemuda banyak yang menggunting pinggiran topi khas Eropa miliknya, demi menyerupai bentuk kopiah.
Baca Juga: Guru Perlu Berinovasi, Bukan Hanya Membebani Siswa dengan Setumpuk Tugas
4. Menggunakan ejaan van Ophuysen
Tiga butir Sumpah Pemuda ditulis menggunakan ejaan van Ophuysen. Ejaan ini merupakan kata-kata yang kerap digunakan untuk menuliskan kalimat dengan bahasa Melayu menurut model yang dimengerti oleh orang Belanda.
5. Awalnya memiliki nama berbeda
Pada saat kongres berjalan, rumusan yang ditulis oleh Mohammad Yamin itu tidak disebut sebagai Sumpah Pemuda. Walaupun telah dibacakan pada kongres, rumusan ikrar tersebut tidak memiliki judul secara jelas. Istilah Sumpah Pemuda muncul setelah kongres berlangsung beberapa hari. Akan tetapi, peringatan Sumpah Pemuda tetap didasarkan pada tanggal pembacaan ikrar, yakni 28 Oktober. ***