5 Fakta Unik Sumpah Pemuda, Berikut Sejarah, Isi Teks, dan Susunan Panitia Kongres Pemuda

- 24 Oktober 2020, 14:06 WIB
Peserta Pencetus Sumpah Pemuda di Kongres Pemuda II 28 Oktober 1928.
Peserta Pencetus Sumpah Pemuda di Kongres Pemuda II 28 Oktober 1928. /kebudayaan.kemdikbud.go.id

GALAMEDIA - Tanggal 28 Oktober diperingati sebagai Hari Sumpah Pemuda. Sejarah sumpah pemuda ini dilatarbelakangi dengan tercetusnya sebuah sumpah yang diikrarkan para pemuda pada 28 Oktober 1928.

Dihimpun dari berbagai sumber, Sumpah Pemuda lahir dalam sebuah pertemuan yang disebut sebagai Kongres Pemuda II pada tanggal 28 Oktober 1928.

Meski begitu, ternyata dua tahun sebelumnya, telah dibuat pula Kongres Pemuda I yang dilaksanakan pada tanggal 30 April hingga 2 Mei 1926.

Baca Juga: Catat! Ini 14 Manfaat Kentang, Mulai dari Menjaga Kesehatan Kulit Hingga Menyehatkan Otak

Gagasan penyelenggaraan Kongres Pemuda Kedua berasal dari Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI), sebuah organisasi pemuda yang beranggota pelajar dari seluruh indonesia.

Dikutip galamedia dari laman museum sumpah pemuda kemendikbud, atas inisiatif PPPI, kongres dilaksanakan di tiga gedung yang berbeda dan dibagi dalam tiga kali rapat. Sehingga menghasilkan Sumpah Pemuda.

Rapat pertama di Gedung Katholoeke Jongenlingen Bond

Rapat pertama, Sabtu, 27 Oktober 1928, di Gedung Katholieke
Jongenlingen Bond (KJB), Lapangan Banteng. Dalam sambutannya, Soegondo berharap kongres ini dapat memperkuat semangat persatuan dalam sanubari para pemuda.

Baca Juga: Ridwan Kamil ke Masyarakat Menengah Atas: Perbanyak Belanja, Menabung Nanti Saja

Acara dilanjutkan dengan uraian Moehammad Jamin tentang arti dan hubungan persatuan dengan pemuda. Menurutnya, ada lima faktor yang bisa memperkuat persatuan Indonesia yaitu sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kemauan.

Rapat kedua, Gedung Oost-Java Bioscoop
Rapat kedua, Minggu, 28 Oktober 1928, di Gedung Oost-Java Bioscoop, membahas masalah pendidikan. Kedua pembicara, Poernomowoelan dan Sarmidi Mangoensarkoro, sependapat bahwa anak harus mendapat pendidikan kebangsaan, harus pula ada keseimbangan antara pendidikan di sekolah dan di rumah. Anak juga harus dididik secara demokratis.

Rapat Ketoga, Gedung Indonesische Clubhuis Kramat
Pada sesi berikutnya, Soenario menjelaskan pentingnya nasionalisme dan demokrasi selain gerakan kepanduan. Sedangkan Ramelan mengemukakan, gerakan kepanduan tidak bisa dipisahkan dari pergerakan nasional. Gerakan kepanduan sejak dini mendidik anak-anak disiplin dan mandiri, hal-hal yang dibutuhkan dalam perjuangan.

Baca Juga: Guru Perlu Berinovasi, Bukan Hanya Membebani Siswa dengan Setumpuk Tugas

Sebelum kongres ditutup diperdengarkan lagu “Indonesia” karya Wage Rudolf Supratman. Lagu tersebut disambut dengan sangat meriah oleh peserta kongres. Kongres ditutup dengan mengumumkan rumusan hasil kongres. Oleh para pemuda yang hadir, rumusan itu diucapkan sebagai Sumpah Setia, berbunyi :

PERTAMA.

KAMI POETERA DAN POETERI INDONESIA,
MENGAKOE BERTOEMPAH DARAH JANG SATOE,
TANAH INDONESIA.

KEDOEA.

KAMI POETERA DAN POETERI INDONESIA,
MENGAKOE BERBANGSA JANG SATOE,
BANGSA INDONESIA.

KETIGA.

KAMI POETERA DAN POETERI INDONESIA,
MENDJOENDJOENG BAHASA PERSATOEAN,
BAHASA INDONESIA.

Dikutip galamedia dari laman hops.id, lahirnya ketiga sumpah inilah yang disebut-sebut sebagai cikal bakal Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Alasannya, dengan adanya momen bersejarah Sumpah Pemuda ini, menggelorakan semangat persatuan para pemuda dalam melawan kolonialisme yang ada di tanah air.

Baca Juga: Ini Organ Tubuh yang Wajib Dibasuh Saat Mandi Junub, Jangan Sampai Mandinya Tidak Sah

Susunan Panitia Kongres Pemuda II:

Ketua: Soegondo Djojopoespito (PPPI)
Wakil Ketua: R.M. Djoko Marsaid (Jong Java)
Sekretaris: Muhammad Yamin (Jong Sumatranen Bond)
Bendahara: Amir Sjarifuddin (Jong Bataks Bond)
Pembantu I: Djohan Mohammad Tjaja (Jong Islamieten Bond)
Pembantu II: R. Katja Soengkana (Pemuda Indonesia)
Pembantu III: R. C. L. Senduk (Jong Celebes)
Pembantu IV: Johannes Leimena (Jong Ambon)
Pembantu V: Rochjani Soe’oed (Pemoeda Kaoem Betawi

Baca Juga: Alhamdulillah, Pulau Karimunjawa Masih Steril dari Covid-19

Fakta unik
Tak hanya memiliki makna mendalam, ternyata momen bersejarah sebagai tonggak persatuan ini juga memiliki sejumlah fakta yang perlu kamu ketahui. Berikut deretan fakta unik sejarah Hari Sumpah Pemuda:

1. Cuma ada enam perempuan yang ikut

Menurut buku resmi Panduan Museum Sumpah Pemuda, dari 700 orang lebih yang hadir menjadi peserta, hanya 82 peserta yang tercatat. Nah berdasarkan catatan tersebut, cuma ada enam orang perempuan yang mengikuti kongres, yakni yaitu Dien Pantow, Emma Poeradiredjo, Jo Tumbuan, Nona Tumbel, Poernamawoelan, dan Siti Soendari.

Baca Juga: Pagi Buta, Gus Nur Ditangkap Polisi Usai Diduga Menghina Nahdlatul Ulama

2. Pertama kali lagu Indonesia Raya berkumandang

Ternyata bersamaan dengan momen bersejarah tersebut, lagu kebangsaan ‘Indonesia Raya’ berkumandang. Kala itu, sang pencipta lagu, Wage Roedolf Soepratman memainkan lagu Indonesia Raya dengan biola kesayangannya. Meski begitu, lagu dimainkan tanpa lirik lantaran mengandung kata ‘Merdeka’ yang dikhawatirkan menimbulkan konflik dengan Polisi Belanda.

3. Diperkenalkan kopiah sebagai identitas pergerakan nasional

Kopiah hitam atau peci yang kerap digunakan oleh Soekarno sebagai identitas pergerakan nasional, banyak digunakan oleh peserta Kongres Pemuda. Bahkan sejumlah pemuda banyak yang menggunting pinggiran topi khas Eropa miliknya, demi menyerupai bentuk kopiah.

Baca Juga: Guru Perlu Berinovasi, Bukan Hanya Membebani Siswa dengan Setumpuk Tugas

4. Menggunakan ejaan van Ophuysen

Tiga butir Sumpah Pemuda ditulis menggunakan ejaan van Ophuysen. Ejaan ini merupakan kata-kata yang kerap digunakan untuk menuliskan kalimat dengan bahasa Melayu menurut model yang dimengerti oleh orang Belanda.

5. Awalnya memiliki nama berbeda

Pada saat kongres berjalan, rumusan yang ditulis oleh Mohammad Yamin itu tidak disebut sebagai Sumpah Pemuda. Walaupun telah dibacakan pada kongres, rumusan ikrar tersebut tidak memiliki judul secara jelas. Istilah Sumpah Pemuda muncul setelah kongres berlangsung beberapa hari. Akan tetapi, peringatan Sumpah Pemuda tetap didasarkan pada tanggal pembacaan ikrar, yakni 28 Oktober. ***

Editor: Hj. Eli Siti Wasilah


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x