Rocky Gerung Soal Bom Makassar: Terorisme Itu Kekerasan yang Dipelihara Amerika dan CIA

29 Maret 2021, 19:13 WIB
Rocky Gerung berikan tanggapan terkait aksi teror bom bunuh diri di depan Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan pada Minggu, 28 Maret 2021. /Tangkapan Layar/YouTube

GALAMEDIA – Pengamat politik Rocky Gerung menilai masyarakat sudah jauh lebih cerdas dalam membaca peristiwa seputar terorisme.

Dirinya tak menampik istilah terorisme dan radikalisme memang selalu disematkan kepada Islam.

Melalui siaran pada akun YouTube Rocky Gerung Official, dia mengungkapkan soal konsep terorisme merupakan proyek dari Amerika.

Rocky mengatakan tindakan kekerasan terorisme memang sengaja dipelihara oleh badan intelijen negara Paman Sam tersebut.

Baca Juga: Konferensi Pers Partai Demokrat, AHY : KSP Moeldoko Mencari Pembenaran Semata  

“Kita semua tahu bagaimana kekerasan diternakan oleh elit-elit kekuasaan di Gedung Putih tuh, atau di CIA,” ucapnya pada Senin, 29 Maret 2021.

Dia pun menyinggung pemerintah yang memang sudah merumuskan sebuah definisi dalam istilah tertentu untuk disebarkan kepada publik.

“Pengertian kekerasan itu adalah kekerasan yang sudah dirumuskan oleh pemerintah lalu diajukan sebagai opini, lalu dikumpulkan pakar-pakar untuk membahas itu tuh,” kata Rocky.

Menurutnya, skenario tersebut kemudian akan dibuatkan kesimpulan untuk memberi stigma terhadap kelompok tertentu.

“Lalu timbul headline bahwa ‘oh iya kita menyimpulkan bahwa ada kelompok radikal’,” tuturnya.

Baca Juga: Gawat, Kabupaten Subang Krisis Kepala Sekolah Dasar Mencapai 216 Orang

Lebih lanjut, dia pun menuturkan bahwa sematan radikal yang dilakukan pemerintah tidak disebutkan secara detail untuk menunjuk hidung kelompok yang dimaksud.

Baginya, terdapat kemungkinan dua kelompok yang disebut radikal, bisa jadi berasal dari pemerintah yang memang sengaja dipelihara.

“Tapi nggak mau diterangkan kan kelompok radikal yang mana? Yang dipelihara oleh rezim? Yang memang benar-benar berasal dari keyakinan absolut fanatik? Yang mana?,” kata pria berusia 62 tahun tersebut.

Kesengajaan pemerintah yang tidak menyebutkan istilah radikal membuat masyarakat menyangka bahwa radikal akhirnya identik dengan Islam.

Baca Juga: Isu Terorisme, ISIS Dijadikan Alat oleh Amerika Serikat untuk Mengusai Suriah

“Tapi karena nggak diterangkan, maka timbul headline dalam pikiran rakyat bahwa yang disebut radikal itu adalah para oposan muslim tuh,” ujar Rocky.

Dia pun menyindir soal para pejabat Istana Presiden tidak akan disebut radikal, melainkan hanya moderat.

“Seolah-olah muslim Istana itu yang moderat, baik-baik, di luar itu yang bandel-bandel yang radikal. Itu udah jadi cover pikiran publik begitu,” pungkasnya.***

Editor: Lucky M. Lukman

Tags

Terkini

Terpopuler