Rocky Gerung Sebut Kementerian Investasi Seharusnya Disebut Juga Kementerian Pencucian Uang, Kenapa Ya?

30 April 2021, 15:09 WIB
Pengamat politik, Rocky Gerung / Youtube Rocky Gerung Official /

GALAMEDIA – Presiden Joko Widodo (Jokowi) meyakini proses pemulihan ekonomi bangsa berjalan dengan baik bahkan menurut dia ekonomi Indonesia nyaris normal kembali.

Jokowi juga optimis pada kuartal II tahun ini, ekonomi Indonesia akan tumbuh 7 persen.

Tapi kabar ini tak seiring dengan kabar dari Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Suharso Monoarfa.

Suharso meminta Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati melacak siapa saja perusahaan Indonesia yang mengalirkan investasi ke China di tengah pandemi virus corona.

Baca Juga: Klaster Baru Covid-19 dari Sholat Tarawih, Menag Minta Sosialisasi Panduan Ibadah Ramadhan Lebih Diitensifkan

Permintaan ini lantaran Suharso memiliki data bahwa China mendapat 10.263 investor baru pada tahun lalu di tengah pandemi.

Ia meyakini banyak investor Indonesia yang berinvestasi di China.

Hal ini menyebabkan berbagai kalangan merasa aneh sekaligus ironis karena di tengah-tengah Jokowi sibuk mencari investor justru investor Indonesia melakukan investasi di China.

Menanggapi hal ini, pengamat politik Rocky Gerung menyampaikan perspektifnya melalui kanal YouTube Rocky Gerung yang diunggah hari ini.

Hal ini menurut Rocky menunjukkan lemahnya intel ekonomi Indonesia dalam menyelidiki suatu hal.

Baca Juga: Tamparan Keras bagi Pangeran Harry, Postingan Pangeran William dan Kate Middleton Bungkam Klaim The Sussex

“Ini menunjukkan bukan sekedar intel politik kita yang lemah tapi juga intel ekonomi,” kata dia.

Rocky menyimpulkan bahwa nantinya investor Indonesia yang berinvestasi di China akan kembali sehingga terlihat rasa nasionalismenya.

“Atau sangat mungkin memang itu satu paket aja kan, bahwa nanti orang Indonesia yang investasti di sana (China) itu seolah-olah akan diatur sedemikian rupa supaya dia balik sehingga terlihat nasionalisme tuh,” ucap Rocky.

Rocky juga beranggapan bahwa nantinya investor Indonesia itu akan didatangkan oleh pemerintah dan presiden mengklaim bahwa dia berhasil mendatangkan investor, padahal investor itu memang dari Indonesia.

Baca Juga: BMKG: Waspada Peningkatan Potensi Siklon Tropis pada April-Mei dan November-Desember

“Kan bisa begitu, (jadi) orang berpikir kan, ‘ya lu pergi sana, nanti kalau gue jadi Menteri Investasi nanti gue bikinin upacara penyambutan’, lalu presiden senang, bahwa kami (pemerintah) berhasil membawa investor,” ungkapnya.

“Bukan berhasil membawa itu investor Indonesia juga, jadi yang masuk adalah orang dengan passport yang sama kan,” tandasnya.

Lalu kecurigaan lain pun muncul bahwa orang yang berinvestasi di China adalah orang yang mendapatkan dana BLBI (Bantuan Likuiditas Bank Indonesia).

Menurut Rocky hal ini bisa terjadi dan nantinya dalam proses investasi akan banyak klausul (perjanjian) yang disembunyikan.

Baca Juga: Sejumlah Politisi Bela Munarman, Husin Shihab: Jangan-jangan Mereka Bagian dari Jaringan Terduga?

“Ya itu, itu kan semacam pemutihan kejahatan tapi dengan motif (menggunakan) investor asing gitu, tapi nanti di dalam proses investasi itu nanti akan banyak klausul yang menyembunyikan bahwa itu sebetulnya dana money laundering,” terangnya.

Jadi Rocky menilai bahwa orang yang mendapat dana BLBI kabur dan kembali menginvestasikan dana nya di Indonesia dan seharusnya Kementrian Investasi disebut juga Kementrian Pencucian Uang (Money Laundering).

“Jadi orang ini dia kabur dari Indonesia udah beranak pinak kapitalnya di luar negeri lalu ditaro lagi di masukkin ke sini (Indonesia) supaya terlihat seolah-olah itu investasi padahal sebetulnya itu kejahatan, money laundering,” ujarnya.

“Jadi mustinya Menteri Investasi itu sekaligus disebut Kementrian Invetasi dan Money Laundering,” katanya.***

Editor: Lucky M. Lukman

Tags

Terkini

Terpopuler