GALAMEDIA - Viralnya cuitan dari Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM UI) berupa kritikan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) masih menjadi perhatian publik.
Sebagai informasi, kritikan yang dilontarkan BEM UI kepada Jokowi adalah berupa predikat 'The King of Lip Service'.
Jokowi dinilai terlalu sering membual dan perkataannya tidak pernah dibuktikan dan sering kali tak selaras dengan realita kehidupan.
"Jokowi kerap kali mengobral janji manisnya, tetapi realitanya sering kali juga tak selaras. Katanya begini, faktanya begitu. Mulai dari rindu didemo, revisi UU ITE, penguatan KPK, dan rentetan janji lainnya," tulis akun @BEMUI_official dikutip oleh Galamedia.
Lalu pihak BEM UI juga mengatakan bahwa perkataan yang dilontarkan oleh Presiden Jokowi hanyalah lip service.
"Semua mengindikasikan bahwa perkataan yang dilontarkan tidak lebih dari sekadar bentuk 'lip service' semata," ungkapnya.
Usai viralnya cuitan tersebut, Ketua BEM UI Leon Alvinda Putra pun menjadi topik panas lantaran dinilai berani memberikan kritikan kepada presiden.
Tak sedikit yang mengatakan bahwa langkah Leon dalam memberikan kritik sudah benar. Namun juga banyak yang mengatakan bahwa cara penyampaiannya salah.
Baca Juga: Sebut Kantong Rakyat Sudah Tipis dan Robek, Jansen Sitindaon: Tolong Negara Kontrol Harga-harga
Aksi dari ketua BEM UI tersebut kembali disorot oleh tokoh Nahdlatul Ulama (NU), Gus Umar.
Gus Umar mengutarakan perasaannya kepada Leon. Gus Umar mengatakan, dirinya merasa kasihan padahal Leon hanya memberikan kritik saja.
"Leon ini kasihan banget. Gegara meme ke Jokowi semua hal buruk dikaitkan kpd dirinya," tulis Gus Umar.
Alasan dirinya merasa kasihan adalah karena seakan-akan karakter Leon akan 'dihabisi', padahal ia hanya menyampaikan kritik.
"Dari dia kader partai, kunjungan dia keistana seolah dia pendukung SBY sampai terakhir twit dia dgn Veronica Koman pun dijadikan bahan mau habisi karakternya," sambung Gus Umar.
Gus Umar pun menyalahkan buzzer, sebab ia menganggap demokrasi di Indonesia hancur karena buzzer.
"Demokrasi hancur krn buzzer," tutup Gus Umar.***