1.303 Sekolah Jadi Klaster Covid-19, Mang Oded: Di Kota Bandung Belum Ada Laporan

24 September 2021, 19:55 WIB
Wali Kota Bandung, Oded M. Danial /Prokopim Setda Kota Bandung/


GALAMEDIA - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) menemukan 1.303 sekolah menjadi klaster Covid-19 selama pelaksanaan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas.

Jawa Barat termasuk daerah yang terdapat klaster sekolah sebanyak 150 sekolah.

Data ini berdasarkan survei yang dilakukan Kemendikbudristekdipublikasikan pada situs https://sekolah.data.kemdikbud.go.id/kesiapanbelajar/home/survey-ptm-dashboard-spasial, per Kamis, 23 September 2021.

Terkait data survei tersebut, Wali Kota Bandung Oded M. Danial mengatakan di Kota Bandung belum ada laporan terkait adanya klaster sekolah di Kota Bandung.

"Belum dapat laporan yang signifikan dari Pak Ema (Sekda Kota Bandung)," ujar Oded di Pendopo, Jalan Dalem Kaum, Jumat, 24 September 2021.

Sebagai langkah antisipasi munculnya klaster sekolah, Oded kembali mengingatkan warga untuk tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan (prokes). Karena kedisplinan dalam menerapkan prokes ini merupakan kunci utama melawan Covid-19.

Baca Juga: Megawati Perintahkan Risma Lebih Utamakan Anak Yatim Piatu dan Kaum Disabilitas

"Tetap urusan Covid-19 mah sebenarnya masyarakat harus disiplin aja, displin prokes insyallah mudah mudahan kan persoalannnya kita khawatir adanya varian baru. Varian baru memang harus kita waspadai jangan sampai datang," ungkapnya.

"Makanya benteng yang paling utama adalah orokes, insya Allah dengan prokes. Kan sifatnya virus ini tidak datang sensiri, tapi dibawa okeh manusia. Makanya jangan lupa cucu tangan pakai maskee, kalau masyarakatnya disiplin insya Allah (terjaga, red)," ungkapnya.

Dikatakannya, vaksinasi untuk anak usia 12-17 tahun terus dilakukan. Namun karena keterbatasan vaksin, penyuntikan dilakukan secara bertahap. Vaksinasi ini sebagai salah satu upaya mencegah penyebaran Covid-19, karena virus tidak mengenal tua atau pun muda.

Disinggung soal tes PCR atau antigen bagi siswa sebagai langkah antisipasi penyebaran Covid-19 di sekolah, Oded mengatakan dinas terkait lebih paham situasinya dan kebijakan akan diambil setelah menganalisa kondisi yang ada.

Hingga saat ini, pihaknya pum belum akan mengubah kebijakan terkait pembelajaran tatap muka terbatas. Seperti kapasitas siswa dalam satu kelas.

"Sampai kemarin masih on the track, bagus. Belum ada (perubahan regulasi, red)," ungkapnya.

Pihaknya, kata Oded, selalu mengevaluasi pelaksanaan PTMT tersebut.
"Setelah ini (PTMT) berjalan bukan cul leos (tidak dibiarkan, red), dipantau ke dinas terkait ke gugus tugas. Kalau ada laporan ada yang mengkhawatirkan, kita evaluasi dan seperti apa kita keluarkan kebijakan baru," jelasnya.

Disinggung soal langkah yang akan diambil Pemkot bila ditemukan kasus Covid-19 di sekolah, Oded mengatakan, pihaknya tentu akan mengeluarkan kebijakan yang didasarkan pada kajian.

Baca Juga: Demo Jadi Barang Haram! BEM SI Ancam Kepung Istana, Refly Harun: Kita Lihat, Apa Mereka Generasi TikTokan?

"Ya, kita lihatah sejauhmana persoalan yang muncul. Kan hadapi yang seperti ini kita enggak bisa latah, enggak serta merta menyimpulkan, perlu ada kajian. Kalau ada kejadian, kaji seperti apa. Kan yang paham yang di lapangan dan orang ahlinya. Kan waki kota harusam dapt masukan dari ahlinya," terangnya.

Hal serupa diungkapkan Wakil Wali Kota Bandung Yana Mulyana. Dari laporan terakhir yang diterimanya, tidak ada klaster yang terjadi pada saat PTMT berlangsung di sekolah.

"Karena memang prosesnya agar sekolah itu melaksanakan PTMT cukup ketat. Kita atur verifikasi validasi cukup banyak. Sekolah yang lolos gelombang pertama itu sekitar 300an," katanya di Taman Lansia.

Pada gelombang berikutnya, kata Yana, semakin banyak sekolah yang mengajukan PTMT. Saat verifikasi dan validasi, ada sekitar 1.600 yang lolos dan dapat menggelar PTMT.

"Waktu itu kita tegaskan, kalau ada satu yang melanggar SOP, protokol kesehatan, sekolah itu kita tutup lagi," tegas Yana.

Oleh karena itu, Yana berharap, pengawasan bisa dilakukan bersama-sama dari tingkatan yang ada di sekolah hingga Dinas Pendidikan.

"Sekolah dan siswanya menjaga protkes. Karena rata-rata siswanya yang senang ingin sekolah. Mudah-mudahan siswanya menjaganya dengan benar. Kemudian orang tua ikut jaga juga," lanjutnya.

Baca Juga: Gatot Nurmantyo Mengaku Senang: Luar Biasa, Saya Bertemu dengan Presiden ...

Selain itu, Yana mengungkapkan, vaksinasi Covid-19 untuk para peserta didik juga menjadi salah satu faktor untuk mengantisipasi terjadinya klaster dan syarat digelarnya PTMT.

"Kemarin vaksin untuk usia 12-17 tahun kita sempat terhambat karena harus Sinovac. Alhamudlillah kita sudah dapat 600.000 dosis. Ini kita akan percepatan," katanya.

"Beberapa hari ini saya lihat cukup banyak yang fokus di usia 12-17 tahun. Dari sekitar 238.000an orang, baru sekitar 30-40 persen (yang sudah divaksin)," ucapnya.

Salah satu percepatannya, yakni dengan vaksinasi massal di Sekolah. Lokusnya sudah tidak melihat domisili peserta didik yang ada di sekolah tersebut.

"Kita tidak liat lagi anak ini warga Kota Bandung atau bukan, karena dia berkegiatan di sekolah itu. Vaksinnya harus di sekolah itu. Supaya herd immunity-nya satu sekolah itu," ungkap Yana.***

Editor: Dicky Aditya

Tags

Terkini

Terpopuler