Minyak Langka, IKN Jalan Terus, Pengamat: Tak Salah Rezim Jokowi Dinilai Boneka Oligarki

21 Februari 2022, 10:04 WIB
Minyak Langka, IKN Jalan Terus, Pengamat: Tak Salah Rezim Jokowi Dinilai Boneka Oligarki/Presiden Joko Widodo (Jokowi) /Twitter/jokowi /

GALAMEDIA – Pengamat Politik, Muslim Arbi heran dengan rezim saat ini, yakni pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Pasalnya, kata Muslim Arbi, rezim lebih mementingkan kepentingan pemodal dibanding mengurus kebutuhan rakyat banyak.

Muslim Arbi mengatakan hal ini untuk menanggapi kelangkaan dan mahalnya minyak goreng di kalangan masyarakat.

Rezim ini, lanjut Muslim, tampak kedodoran dalam mengurus kelangkaan minyak goreng dan harga kedelai yang sangat mahal.

Alih-alih mengurus dua hal itu, rezim sekarang malah semangat membangun ibu kota negara (IKN) baru yang terletak di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur (Kaltim).

“Tapi, di satu sisi paling getol dan semangat kalau bicara infrastruktur, bangun ibu kota baru dan infrastruktur lainnya yang kini jadi beban keuangan negara dan sebagian mangkrak,” tuturnya kepada wartawan Senin, 21 Februari 2022.

Baca Juga: Operation Spring Tide, Protokol Rahasia Jika Ratu Elizabeth Meninggal Dunia

Sehingga Direktur Gerakan Perubahan ini menilai bahwa rezim Jokowi sebagai boneka oligarki, penguasa, dan pengusaha.

“Jadi tidak salah kalau rezim ini dianggap boneka oligarki, pengusaha, penguasa,” tandasnya.

Seperti diketahui, ketersediaan minyak goreng memang semakin langka di kalangan masyarakat.

Baca Juga: Aurel Hermansyah Dapat Kado Stroller untuk Baby A, Harganya Fantastis

Kepala Kantor Staf Kepresidenan (KSP), Moeldoko pun membuka suara terkait kisruh terkait langkanya minyak goreng.

Moeldoko mengatakan pemerintah akan menyelesaikan persoalan minyak goreng secara holistik dari hulu ke hilir.

Baca Juga: Ratu Elizabeth Positif Covid-19, Istana Buckingham Beri Kabar Terbaru Kondisinya

Hal itu disesuaikan dengan Permendag Nomor 6/2022 tentang Penetapan Harga Eceran Tertinggi (HET) Minyak Goreng Sawit.

"Dari sisi hulu, pemerintah memberlakukan kebijakan domestic market obligation dan domestic price obligation," ucap Moeldoko dalam siaran persnya, Sabtu 19 Februari 2022.

Moeldoko berharap kebijakan tersebut bisa membantu memecahkan permasalahan bahan baku.

"Kebijakan ini diharapkan bisa memecahkan masalah bahan baku. Sedangan hilirnya, penetapan HET bisa mengurangi beban konsumen," sambungnya.

Baca Juga: Aubameyang Cetak Gol Perdana, Barcelona Sukses Lumat Valencia di Mestalla

Sementara itu, Menteri Perdagangan (Mendag), Muhammad Lutfi telah mengungkapkan alasan mengapa harga kedelai bisa melonjak naik.

Mendag Lutfi mengatakan naiknya harga kedelai di Indonesia disebabkan adanya beberapa permasalahan dari negara importir yang salah satunya adalah cuaca buruk El Nina di kawasan Amerika Selatan.

Mendag Lutfi memaparkan, harga kedelai per gantang naik menjadi US$ 18, di mana sebelumnya hanya US$ 12.

Selain dari dampak cuaca buruk El Nina di Argentina dan wilayah Amerika Selatan, naiknya harga kedelai diyakini dipengaruhi oleh kebutuhan besar di China.

Baca Juga: Nama Kereta Diusulkan Cikuray Express, Harga Tiket Kerat Api Pasar Senen– Garut Dibanderol Rp 41 Ribu

Dia menyatakan bahwa baru-baru ini, ada lima miliar babi baru yang semua pakannya adalah kedelai di China.

Mendag Lutfi menuturkan, saat ini pihaknya sementara menyiapkan mitigasi dari melambungnya harga kedelai secara nasional. ***

Editor: Muhammad Ibrahim

Tags

Terkini

Terpopuler