Rusia Serang Ukraina, Budiman Sudjatmiko: Nah Indonesia Tak Boleh Cuek Dengan Konflik Ini

24 Februari 2022, 21:47 WIB
Politisi PDIP Budiman Sudjatmiko. /

 


GALAMEDIA - Politisi PDI Perjurangan Budiman Sudjatmiko mengungkapkan pemicu terjadinya konflik Rusia dan Ukraina dari hasil pandangannya.

Menurutnya, Rusia menolak Ukraina bergabung dengan NATO merupakan faktor khusus.

"Faktor umumnya: Rusia masih marah karena Presiden Ukraina, Yanukovich, yg bersahabat dgn Rusia...digulingkan di tengah jalan pd 2010," ujarnya melalui akun Twitter @budimandjatmiko, Kamis, 24 Februari 2022.

"Pendukung2 Yanukovich di Ukraina Timur kemudian memproklamasikan 2 republik sendiri," ujarnya.

"Yg menggulingkan Yanukovich adalah partai2 Ukraina yg pro Barat & ultranasionalis Ukraina (yg sejak Perang Dunia II sudah anti Soviet & pro Nazi), sementara Yanukovich dr partai yg pro Rusia," katanya lagi.

Baca Juga: Taipan Minyak Ini Sebut Invasi Putin di Ukraina Bentuk Pengkhianatan Terhadap Kepentingan Rusia.

Sehubungan hal itu, lanjut dia, dalam sebuah negara demokratis tidak selayaknya sebuah pemerintahan digulingkan dengan pemberontakan.

"Apalagi jika itu berkait dgn adu kekuatan geopolitik negara-negara besar dunia. Urusannya bisa panjang," sambungnya.

Dikatakan, Yanukovich digulingkan karena memperpanjang kesepakatan persahabatan dengan Rusia.

"Partai2 yg menggulinhgkan Yanukovich mau membawa Ukraina jd anggota NATO dgn mengucilkan Rusia yg sdh lama mau gabung NATO (tp selalu ditolak) u/ mencegah NATO dipakai menjepit Rusia," kata dia.

Dikatakan, Indonesia sebagai negara yang pernah dibela Ukraina di PBB pada 1945 --meski dari rejim yang berbeda ideologinya dengan Ukraina sekarang-- dan pernah dibantu oleh Soviet dalam merebut Irian Barat, harus membantu perdamaian di sana.

"Saat itu Soviet dipimpin orang Ukraina, Khurschev. Nah keberadaan Khurschev (orang Ukraina yg jd pemimpin Uni Soviet saat itu) juga jadi penyebab konflik ini," katanya.

Baca Juga: Suasana Mencekam di Ukraina Usai Diserang Rusia, Pengamat Internasional Ungkap Derita Turki: Pusing Dah

"Saat itu Khurschev memberikan Krimea (milik Republik Soviet Sosialis Rusia) ke Republik Soviet Sosialis Ukraina. Kini Rusia rebut lagi Krimea dari Ukraina," lanjutnya.

Dikatakan, Rusia merebut Krimea dari Ukraina dan mendukung Ukraina Timur untuk merdeka dari Ukraina dengan alasan melindungi mayoritas etnis Rusia di wilayah-wilayah itu yang terancam karena Ukraina dikuasai partai-partai anti Rusia (baik pro Barat atau nasionalis sayap kanan yg dekat Neo Nazi).

"Nah Indonesia tak boleh cuek dengan konflik ini karena dua negara tersebut (Rusia & Ukraina saat masih jd satu negara, Uni Soviet) pernah mendukung kemerdekaan dan kedaulatan teritorial Indonesia secara diplomatik (1945) dan militer besar2an (1960an u/ merebut Irian Barat)," katanya.

Ia pun mengatakan, pelajaran untuk Indonesia dr konflik ini ada 3:

1. Jangan gulingkan pemerintah yang terpilih secara demokratis dengan pemberontakan.

2. Jangan memecah-mecah negara.

3. Kekuatan-kekuatan besar dunia tak akan berdiam diri saat muncul kekacauan dr faktor 1 & 2 di atas. Urusannya panjang.

Baca Juga: Rusia dan Ukraina Perang, Jokowi Keluarkan Pernyataan Tegas!

Sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin membeberkan alasan melakukan serangan ke Ukraina. Putin mengumumkan operasi militer di wilayah Donbas di timur Ukraina meski ledakan hampir terjadi di beberapa kota Ukraina, termasuk Kyiv.

"Keadaan mengharuskan kami untuk mengambil tindakan tegas dan segera," kata Putin, dalam pidato yang disiarkan televisi, menurut transkrip RIA-Novosti, Kamis, 24 Februari 2022.

Serangan militer Rusia mulai membuat Ukraina bersimbah darah. Laporan AFP menyebut seorang putra menangisi jenazah ayahnya di antara puing-puing serangan rudal di distrik perumahan di kota Chuguiv, Ukraina timur.***

Editor: Dicky Aditya

Tags

Terkini

Terpopuler