Guru Besar UI: Segala Kebencian kepada Rusia Justru Mempercepat China Menggeser Amerika Serikat

1 Maret 2022, 19:21 WIB
Presiden China Xi Jinping dan Presiden Rusia Vladimir Putin /Eurasian Times

GALAMEDIA - Sanksi ekonomi negara Barat ke Rusia akibat serangannya ke Ukraina, justru bakal merugikan sendiri. Hal itu justru mempercepat China menjadi negara nomor satu di dunia.

Dengan begitu, Guru Besar Universitas Indonesia (UI) Ronnie H. Rusli. MS. PhD., menilai financial war tidak bakal terjadi.

"Financial war dengan Russia tidak bisa terjadi karena ada China kawan karib Russia," kata Ronnie melalui akun Twitter @Ronnie_Rusli, Selasa, 1 Maret 2022.

Menurutnya, semua langkah yang memusuhi Rusia justru bisa memuluskan China menggeser Amerika Serikat (AS).

"Semua episode permusuhan dengan Russia hanya akan membuat China lebih cepat menggantikan posisi Amerika menjadi No 1 di dunia. Semakin besar demand dr China semakin cepat PDB China naik menggantikan Amerika," ujarnya.

Baca Juga: Baby Adzam Bertemu Ameena Hanna Nur Atta, Sule: Sehat-sehat ya Neng..

"Selama Xi Jinping good buddy to Putin (Vladimir Putin, Presiden Rusia) masalah boikot US$ wire transfer SWIFT (Swiss) bisa diatasi dengan menggunakan wire transfer CHIPS (China)," ujarnya.

Namun hal itu, lanjut dia, hanya akan merugikan Oligarki.

"Yang marah adalah Oligharkhi pengemplang pajak uangnya beku. Kalau uang pemerintah Russia gak ada masalah," katanya.

Langkah AS tersebut hanya akan membenturkan Putin dengan pendukungnya.

"Intinya Amerika mau bikin permusuhan antara Putin dng Oligharkhi pendukungnya," ujar dia.

Baca Juga: Jerman Jadi Negara Paling Pusing Atas Konflik Rusia-Ukraina, Pengamat Pertahanan: China Bisa Jadi Lebih Kuat

Pengamat militer Connie Rahakundini Bakrie pun menilai sanksi ekonomi yang diberikan negara barat kepada Rusia tidak bakal berlangsung lama.

Pasalnya, negara barat memiliki ketergantungan yang besar terhadap Sumber Daya Alam (SDA) asal Rusia.

Terlebih, SDA tersebut dikhawatirkan diberikan kepada China hingga negara tersebut menjadi lebih kuat dari sebelumnya.

"Yang tadinya tak punya SDA, China jadi punya, tentunya negara barat tak ingin hal itu terjadi," katanya.***

Editor: Dicky Aditya

Tags

Terkini

Terpopuler