Hari Air Sedunia, Masyarakat Diingatkan Pentingnya Menjaga Sumber Daya Air

17 Maret 2022, 20:41 WIB
Seminar dengan tema "Penyadaran Penghematan Air Tanah untuk Keberlangsungan Air Permukaan" yang diikuti mahasiswa dari sejumlah universitas di Bandung, Kamis 17 Maret 2022./Edi Kusnaedi/Galamedia /

GALAMEDIA - Bertepatan dengan peringatan Hari Air Sedunia, Dinas Sumber Daya Air Provinsi Jawa Barat menggelar Seminar dengan tema "Penyadaran Penghematan Air Tanah untuk Keberlangsungan Air Permukaan" yang diikuti mahasiswa dari sejumlah universitas di Bandung, Kamis 17 Maret 2022.

Kepala Dinas Sumber Daya Air Provinsi Jawa Barat, Dikky Achmad Sidiq mengatakan, bertepatan dengan Hari Air Sedunia, pihaknya ingin kembali mengingatkan akan pentingnya air serta menjaga sumber daya air, termasuk keberlangsungan air permukaan dan air tanah.

Seminar ini mengusung tema air tanah karena kondisi ini air tanah saat ini terus mengalami penurunan bahkan bisa dibilang sudah dalam tahap kritis terutama di daerah-daerah yang banyak pemukiman dan industri.

"Air tanah menjadi bahasan serius dalam seminar kali ini karena harus menjadi perhatian banyak pihak dan kami mengundang mahasiswa dengan harapan mahasiswa sebagai kaum milenial bisa lebih mudah mensosialisasikan kembali pentingnya menjaga air tanah," kata Dikky.

Baca Juga: Sopir Vanessa Angel Dituntut 7 Tahun Bui, Jaksa: Kelalaiannya Mengakibatkan Orang Lain Meninggal Dunia

Menurut Dikky, defisitnya air tanah akibat kian dieksploitasinya air ini sudah cukup lama. Bahkan dari hasil studi sudah ada penurunan.

"Karena tak adanya ketersediaan air baku permukaan, orang mengeksploitasi air tanah secara berlebihan," katanya.

Melihat kondisi ini, katanya, perlu adanya upaya perbaikan demi keberlangsungan air tanah, di antaranya melakukan konservasi air tanah.

Salah satu cara natural adalah melakukan penanaman pohon atau bisa juga dengan membangun sumur resapan dan sumur imbuhan.

Untuk melakukan konservasi air tanah ini butuh dukungan berbagai pihak termasuk pihak swasta dan dukungan dari masyarakat yang bisa turut menjaga keberlangsungan air tanah dengan menanam pohonm serta membuat sumur resapan atau biopori.

Baca Juga: Timnas Sepak Bola Indonesia Lolos ke Piala Dunia Meski Kalah dari Jepang, Menpora: Pemerintah Mendukung

"Kami juga mengimbau kepada masyarakat untuk melakukan penghematan air. Pemakaian air kita rata-rata 200 liter perhari, sementara standar WHO hanya 60 liter perhari. Ini berarti kita sudah melakukan pemakaian melebihi standar, dan perlu adanya upaya melakukan penghematan bersama-sama," katanya.

sementara itu, Prof Waluyo Hatmoko, Profesor Riset Bidang Tata Kelola Sumber Daya Air, mengatakan Indonesia secara umum menjadi negara nomor 4 di dunia dengan air terbanyak, terlebih di Jawa Barat yang menjadi gudangnya air.

Namun kondisi tersebut jauh berbeda karena dicontohkan Kota Bandung mengalami kesulitan air termasuk air minum.

Selama ini untuk memenuhi air tersebut berasal dari Pengalengan yang dialirkan melalui pipa besar kurang lebih 2-3 meter kinik perdetik.

Angka ini sangat kecil untuk memenuhi kebutuhan penduduk Bandung Raya hingga untuk menutupi kebutuhan, masyarakat mengambil air tanah.

"Saat ini banyak masyarakat menggunakan alat yang pompanya ditanam di tanah hingga 40 meter untuk menyedot air. Hal ini semakin membuat permukaan air tanah kian menurun. Bisa normal kembali tapi membutuhkan waktu puluhan bahkan bisa ratusan tahun," katanya.

Baca Juga: Musisi MF Ditangkap Polisi! Diduga Terkait Penyalahgunaan Narkoba

Menurutnya, untuk mengatasi krisis air tanah tak bisa hanya dengan kampanye namun perlu mekanisme yang memaksa.

Dicontohkan, PDAM sudah memberlakukan tarif progresif, selain itu ia mencontohkan negara China sudah memberlakukan penggunaan token untuk pemenuhan kebutuhan air warga.

"Di China pakai token, seperti kalau di Indonesia, token listrik, jadi ini bisa diterapkan sebagai salah satu cara menghemat air. Kalau pakai token diharapkan dapat hemat. Atau bisa dengan memanfaatkan teknologi alat penghemat air," katanya.

Imbauan agar masyarakat mengemat air juga diungkapkan Tokoh Masyarakat dan Budayawan Popong Otje Djundjunan.

Ia meminta agar penghematan air harus dilakukan untuk mencegah krisis air, selain itu perlu adanya dukungan dari pemerintah daerah yang diikuti oleh pemerintah di bawahnya mulai dari tingkat kabupaten kota dan seterusnya.

"Perlu persamaan persepsi untuk mengatasi persoalan air ini," katanya.***

Editor: Lucky M. Lukman

Tags

Terkini

Terpopuler