Dibayangi 'Gelombang Ketiga' Covid-19, RS di Hong Kong Terancam Kolaps

31 Juli 2020, 14:22 WIB
SEORANG karyawan Cathay Pacific Airways mengenakan topeng pelindung berbicara dengan seorang penumpang di Bandara Internasional Hong Kong pada 6 Februari 2020.* /BLOMMBERG/

GALAMEDIA - Kasus Covid-19 di Hong Kong kembali melonjak. "Gelombang ketiga" serangan virus corona itu diprediksi bakal membuat rumah sakit kolaps.

Hal itu disampaikan pemimpin Hong Kong, Carrie Lam. Ia memperingatkan bahwa sistem rumah sakit di kota itu bisa kolaps karena kewalahan dengan lonjakan kasus virus corona.

Lam menyebut Hong Kong saat ini ada "di ambang wabah skala besar". Jika sebelumnya mengklaim sukses melawan Covid-19, Hong Kong kini secara rutin melaporkan lebih dari 100 kasus baru setiap hari.

Baca Juga: Kekeyi Diinjak Sapi dan Dilarikan ke Rumah Sakit, Netizen: Salut Sama Sapinya!

Lam pun meminta masyarakat untuk tidak keluar rumah. Di sisi lain, otoritas sudah mengeluarkan peraturan baru, yang meliputi kewajiban mengenakan masker dan penutupan restoran makan di tempat.

"Hong Kong di ambang wabah skala besar tingkat komunitas, yang bisa membuat sistem rumah sakit kolaps dan memakan korban jiwa, terutama orang lanjut usia," tutur Lam.

Ia meminta warga untuk mengikuti langkah-langkah penjarakan sosial dan tinggal di rumah sebisa mungkin. Pernyataan Lam itu muncul saat Hong Kong mengkonfirmasi tambahan 106 kasus virus corona pada hari Selasa, dan melaporkan kematian ke-23 secara keseluruhan. Pada hari Senin, jumlah kasus baru mencapai 145 dan menjadi rekor baru.

Baca Juga: Agustus-September Puncak Kemarau, Wilayah di Indonesia Berpotensi Alami Kekeringan

Pada awal wabah, perjalanan lintas batas dengan China berkurang drastis. "Telusuri dan lacak" dilakukan, serta pembatasan lainnya diterapkan.

Awal tahun ini, tidak ada kasus penularan lokal di kota itu selama berminggu-minggu. Namun seiring kehidupan mulai kembali normal, peningkatan kasus penularan lokal pun tercatat.

Dikutip dari BBC News Indonesia, jumlah rata-rata kasus baru meningkat tajam dari satu digit pada awal bulan, menjadi lebih dari 120 sekarang.

Baca Juga: Usai Disebut Bertarif Rp 30 Juta, Vernita Syabilla Curhat di IG: Manusia Tidak Ada yang Sempurna

Satu profesor di Universitas Hong Kong mengatakan kasus bisa jadi bermunculan karena "cacat dalam prosedur di perbatasan Hong Kong".

"Pasien dari luar negeri mungkin membawa virus ke masyarakat yang mengakibatkan penularan lokal yang terjadi saat ini," kata Jim Dongyan ke situs berita Global Times.

Orang terakhir yang meninggal karena virus corona adalah seorang penghuni panti jompo tempat sedikitnya 45 infeksi telah tercatat.

Baca Juga: Anies Baswedan Sumbang Sapi Limosin, Beratnya 'Bukan Kaleng-kaleng'

Para ilmuwan telah mengungkapkan kekhawatiran bahwa galur virus yang tersebar di Hong Kong bisa menyebabkan kerusakan lebih besar.

Virus itu disebut tidak bermutasi selama setidaknya 22 hari. Artinya, ia bisa beradaptasi dengan baik pada manusia, yang membuatnya lebih mudah menular.***

Editor: Lucky M. Lukman

Tags

Terkini

Terpopuler