GALAMEDIANEWS - Garuda Indonesia, maskapai penerbangan nasional, mengukir sejarah dengan sukses melakukan penerbangan komersial pertama menggunakan bahan bakar pesawat yang dicampur dengan minyak kelapa sawit.
Penerbangan ini membawa lebih dari 100 penumpang dari Jakarta ke Surakarta, sejauh 550 kilometer.
Inisiatif ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada impor bahan bakar fosil dan mendukung penggunaan bahan bakar pesawat berkelanjutan.
Baca Juga: 5 Tempat Wisata Pantai Hits di Semarang yang Tawarkan View Bagus, Cocok untuk Healing di Akhir Pekan
Langkah Menuju Penerbangan Berkelanjutan
Penerbangan ini merupakan langkah maju bagi Garuda Indonesia dalam mendukung upaya mengurangi dampak lingkungan dari industri penerbangan.
Biofuel berbasis minyak kelapa sawit telah digunakan dalam penerbangan ini, diproduksi oleh perusahaan energi negara Indonesia, PT Pertamina, di kilang Cilacap.
Teknologi yang digunakan adalah hydroprocessed esters and fatty acid (HEFA), dan bahan bakunya adalah minyak kelapa sawit yang telah diproses dengan baik.
Baca Juga: Eni Berencana Menggandakan Produksi Gas di Indonesia melihat dari Penemuan Besar Cadangan Gas Baru
Manfaat Lingkungan
Bahan bakar pesawat berbasis minyak kelapa sawit ini diklaim menghasilkan lebih sedikit gas rumah kaca dibandingkan dengan bahan bakar fosil.
Ini selaras dengan tujuan industri penerbangan global untuk menggunakan bahan bakar pesawat berkelanjutan (sustainable aviation fuel, SAF) guna mengurangi jejak karbonnya.
Dukungan Pemerintah dan Industri
Pemerintah Indonesia, termasuk Kementerian Energi, memberikan dukungan kuat terhadap penggunaan biofuel dalam penerbangan untuk mengurangi efek rumah kaca.
Hal ini mencerminkan upaya global untuk membuat industri penerbangan lebih ramah lingkungan dengan mengadopsi bahan bakar berkelanjutan.
Tantangan dan Kontroversi
Meskipun langkah ini memiliki potensi manfaat lingkungan yang signifikan, produksi dan penggunaan minyak kelapa sawit untuk biofuel juga menghadapi kontroversi.
Beberapa negara mengkhawatirkan dampak deforestasi yang mungkin terjadi dalam produksi minyak kelapa sawit dari perkebunan. Uni Eropa, sebagai contoh, telah memberlakukan pembatasan impor pada komoditas ini.
Mandat Penggunaan Biofuel
Indonesia sebelumnya telah memandatkan pencampuran biofuel sebesar 3% dalam bahan bakar pesawat pada tahun 2020. Namun, implementasinya mengalami penundaan.
Baca Juga: Densus 88 Telah Menangkap 45 Teroris Selama Oktober
Penerbangan komersial pertama ini mencerminkan upaya global untuk mengurangi dampak lingkungan dari industri penerbangan dan mengadopsi teknologi berkelanjutan.
Meskipun ada pro dan kontra terkait penggunaan minyak kelapa sawit dalam biofuel, upaya ini terus berlanjut dalam pencarian solusi ramah lingkungan untuk penerbangan komersial di masa depan.***