Pidato Ismail Haniyeh Bahas Genosida di Jalur Gaza: Dunia Melawan Nazi Zionis Israel

2 November 2023, 08:19 WIB
Pemimpin utama perjuangan Islam Palestina Hamas, Ismail Haniyeh berbicara selama protes untuk mengungkapkan solidaritas kepada rakyat Palestina di tengah meningkatnya kekerasan Israel terhadap warga Palestina dan di Jalur Gaza, Doha, Qatar 15 Mei 2021. /REUTERS/Hussein Sayed/

GALAMEDIANEWS - Ismail Haniyeh, Kepala Biro Politik Gerakan Pejuang Perlawanan Islam Hamas, memberikan pidato yang menyoroti tujuan perlawanan di Jalur Gaza Palestina menyoali konflik antara mujahidin Hamas khususnya Brigade Al-Qassam dan tentara penjajah zionis Israel memasuki hari ke-26.

Dalam pidatonya, Haniyeh membuat beberapa poin penting, menekankan tekad rakyat Palestina dan pertempuran berkelanjutan melawan apa yang ia sebut sebagai "Nazi baru."

Pidato Haniyeh dimulai dengan pengakuan atas agresi Israel yang berlanjut di Gaza, yang ia gambarkan sebagai "brutal, kriminal, dan teroris." Ia memuji ketahanan dan pengorbanan rakyat Palestina, yang telah menderita banyak korban dan luka dalam menghadapi konflik.

Ia mengemas pertempuran berkelanjutan di Gaza sebagai pertarungan antara dua kekuatan yang saling bertentangan: "axis orang yang mencintai kebebasan dan mencari keadilan" versus "axis rasisme dan fasis." Haniyeh menuduh Israel didukung oleh kekuatan kolonial dan menggambarkan mereka sebagai "Nazi baru" yang lebih mengutamakan kepentingan mereka daripada nilai-nilai kemanusiaan.

Baca Juga: Dukungan Warga Arab-Amerika untuk Biden Turun Tajam, 8.796 Warga Palestina Tewas, Termasuk 3.648 Anak-anak

Meskipun penderitaan dan tumpahan darah yang besar, Haniyeh memuji keteguhan hati rakyat Palestina, terutama setelah terjadinya pembantaian brutal di berbagai kamp. Ia menekankan bahwa keteguhan hati perlawanan telah mencegah musuh mencapai tujuannya dalam pengusiran dan penghamburan.

Haniyeh juga memuji perlawanan, yang menurutnya terus memberikan pelajaran militer baru kepada musuh, terutama oleh Brigade Al-Qassam dan faksi-faksi lain yang menghadapi pasukan Israel langsung.

Tentang invasi darat Israel, Haniyeh menyatakan bahwa para pejuang heroik telah menimbulkan korban pada musuh, meskipun pengambilan keputusan yang goyah dan kepemimpinan yang terpecah. Ia memperingatkan "musuh zionis kriminal" dan pendukungnya bahwa upaya mereka untuk menutupi kegagalan mereka melalui pembantaian brutal tidak akan menyelamatkan mereka dari kekalahan telak.

Haniyeh menyalahkan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, atas perang ini, menuduhnya memimpin pemerintahan sayap kanan, rasialis, dan fasis yang lebih peduli dengan kelangsungan diri daripada stabilitas regional. Ia berpendapat bahwa ketidakmampuan komunitas internasional untuk mengatasi kebijakan agresif Netanyahu, terutama terhadap Masjid Al-Aqsa dan pemukiman, telah berkontribusi pada meletusnya konflik.

Baca Juga: Pembantaian di Jalur Gaza Palestina oleh Israel Berpotensi Tinggi Tingkatkan Eskalasi Konflik di Timur Tengah

Hamas telah mengajukan proposal komprehensif, yang mencakup gencatan senjata, pembukaan perlintasan, kesepakatan pertukaran tawanan, dan, pada akhirnya, pendirian negara Palestina merdeka dengan Al-Quds (Yerusalem) sebagai ibukotanya. Namun, Haniyeh menuduh Netanyahu memperlambat dan mengecoh publik dengan janji palsu.

Dalam kata-katanya yang menyimpulkan, Haniyeh menyerukan kepada negara-negara yang mendukung Israel untuk berhenti menghalangi upaya internasional dalam mencapai gencatan senjata segera dan pembukaan perlintasan.

Ia menekankan bahwa wilayah tersebut tidak akan mengalami perdamaian dan stabilitas sampai rakyat Palestina mencapai hak-haknya yang sah untuk kebebasan, kemerdekaan, dan kembali.

Haniyeh menyatakan rasa terima kasih atas solidaritas historis dari negara-negara Arab dan Islam serta orang-orang bebas di seluruh dunia dalam mendukung perjuangan Palestina. Ia mendorong mereka untuk terus berusaha untuk memberikan tekanan kepada para pengambil keputusan, terutama di Barat, untuk mengubah sikap mereka terhadap konflik.

Saat perlintasan Rafah dibuka sebagian, Haniyeh menekankan pentingnya operasinya yang terus-menerus dalam kedua arah, menggambarkannya sebagai perlintasan murni antara Mesir dan Palestina.***

Editor: Tatang Rasyid

Sumber: Palestine Chronicle

Tags

Terkini

Terpopuler