Warga Zionis Israel Teguh Dukung Genosida Jalur Gaza Di tengah Kritik Internasional yang Semakin Meningkat

7 November 2023, 17:29 WIB
Warga Yahudi Zionis Israel Menonton bombardir yang sedang berlanjut di Jalur Gaza Palestina di tebing tebing wilayah Sderot, 2014. /Galeri / islamicfinder/

GALAMEDIANEWS - Di tengah kritik internasional yang semakin meningkat dan seruan untuk menghentikan kampanye militer Israel di Gaza, mayoritas warga Israel, yang mewakili berbagai pandangan politik, tetap teguh mendukung genosida yang sedang berlangsung di Jalur Gaza Palestina. 

Dukungan Israel yang tidak goyah terhadap perang ini datang pada saat negara ini masih menghadapi serangan roket dan peluru dari beberapa front, membuat mereka kurang menerima kritik eksternal mengenai biaya yang tinggi yang diberlakukan pada pihak Palestina.

Konflik ini dimulai ketika Hamas, kelompok militan di Jalur Gaza, memulai serangan massal pada 7 Oktober, melanggar perbatasan Israel, yang mengakibatkan lebih dari 1.400 korban dan lebih dari 240 orang disandera. 

Baca Juga: Demonstran Pro-Palestina Halangi Kapal Militer AS yang Mengangkut Senjata untuk Israel

Sebagai respon, Israel meluncurkan kampanye tanpa henti, melibatkan beberapa minggu serangan udara dan operasi darat, dengan tujuan untuk memberantas Hamas dari Jalur Gaza. Biaya yang ditanggung oleh pihak Palestina telah sangat besar, dengan lebih dari 10.000 korban, menurut Kementerian Kesehatan di Gaza yang dikuasai oleh Hamas. 

Beberapa wilayah telah rata dengan tanah, dan lebih dari setengah dari 2,3 juta penduduk Gaza telah mengungsi, menyebabkan situasi kemanusiaan yang sangat kritis.

Sementara warga Palestina di Israel umumnya menyatakan empati terhadap rakyat Gaza, beberapa keluarga tawanan yang ditahan oleh Hamas telah menyatakan kekhawatiran tentang implikasi kampanye pengeboman yang berlanjut. 

Namun demikian, polarisasi internal di Israel, yang sebelumnya berpusat pada upaya Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk melemahkan kekuasaan pengadilan negara ini, kini telah digantikan oleh lonjakan persatuan nasional. 

Sekitar 360.000 prajurit cadangan Israel telah dipanggil untuk mendukung perang ini, yang mendapat dukungan domestik yang luas, meskipun ada kekhawatiran tentang potensi kerugian militer. Diperkirakan sekitar 250.000 orang telah mengungsi akibat kekerasan.

Warga Israel menunjukkan solidaritas mereka dengan menghias rumah dan mobil dengan bendera nasional, mendukung keluarga tawanan, dan memberikan bantuan kepada prajurit yang menuju ke garis depan. 

Baca Juga: Mengungkap Pertemuan Rahasia AS-Eropa dan Otoritas Palestina Soal Pasca Perang Melawan Hamas

Stasiun televisi menekankan narasi yang bersatu dengan slogan seperti "Israel dalam perang" dan "Bersama kita akan menang", sementara liputan tentang konflik cenderung berfokus pada kisah kesedihan dan kepahlawanan, dengan sedikit penyebutan situasi di Gaza.

Di tengah tantangan yang dihadapi oleh pemerintah dalam mengatasi tuntutan perang yang semakin meningkat, warga negara aktif memberikan dukungan. Inisiatif sukarela, mulai dari penggalangan darah hingga bank makanan, memberikan kontribusi yang signifikan. 

Salah satu organisasi, HaShomer HaChadash, aktif terlibat dalam membangun tempat perlindungan dari bom, menjaga ladang perbatasan, dan menjalankan kegiatan pertanian saat para pekerjanya dipanggil.

Namun, Israel menyaksikan lonjakan protes pro-Palestina global, termasuk di dalam komunitas Palestina mereka sendiri, yang menyebabkan kekhawatiran tentang penistaan negara ini di tengah meningkatnya korban Palestina. Selain itu, terjadi peningkatan insiden anti-Semitisme global, yang semakin memantapkan tekad Israel untuk menjaga tanah air Yahudi mereka.

Banyak warga Israel meminta dunia memahami perspektif mereka dan ancaman terus-menerus serangan roket terhadap warga sipil yang telah mereka hadapi selama bertahun-tahun. Piagam Hamas secara eksplisit menyatakan tujuannya untuk menghancurkan Israel dan entitas Yahudi. Ini telah menyebabkan konsensus luas di Israel bahwa respons mereka adalah tindakan yang dibenarkan.

Meskipun Israel awalnya mendapat simpati internasional dalam beberapa hari awal konflik, krisis kemanusiaan di Gaza telah memicu seruan gencatan senjata, termasuk dari Amerika Serikat, yang biasanya merupakan salah satu pendukung paling teguh Israel. 

Beberapa negara, termasuk Bolivia, telah memutuskan hubungan diplomatik, dan negara lain telah memanggil pulang duta besarnya, menunjukkan seriusnya situasi ini.

Konflik yang berlanjut menarik perhatian dunia kembali pada perjuangan Palestina melawan lebih dari setengah abad pendudukan militer Israel dan pengaruhnya terhadap 5,5 juta warga Palestina yang tinggal di Yerusalem Timur, Tepi Barat, dan Gaza. 

Dengan kegagalan usaha damai serius lebih dari satu dekade yang lalu, pemerintah Israel terus menentang kemerdekaan Palestina.

Saat konflik terus berlanjut, dengan pasukan Israel maju lebih dalam ke Kota Gaza, korban di kedua belah pihak diharapkan akan meningkat ketika pertempuran beralih ke daerah perkotaan yang padat dengan terowongan bawah tanah yang dipenuhi oleh pejuang dan amunisi. 

Hingga saat ini, setidaknya 30 tentara Israel telah tewas sejak operasi darat dimulai. Israel, yang tradisionalnya memiliki toleransi rendah terhadap korban, menghadapi situasi yang kompleks dan menantang. Konflik juga membawa risiko melebar menjadi konflik multifront yang sedang berlangsung di Lebanon, Tepi Barat, Suriah, dan Yaman.

Pertanyaan besar yang muncul adalah apakah masyarakat Israel dapat bertahan dalam menghadapi korban yang semakin bertambah seiring berlanjutnya konflik. Ketika berita tentang korban mulai datang, tantangan untuk menjaga dukungan publik terhadap kampanye ini menjadi semakin sulit***

Editor: Nadya Kinasih

Sumber: AP

Tags

Terkini

Terpopuler